waktu yang sama

Baru sempat menulis ini, padahal sudah masuk akhir di penghujung bulan ke dua, tak apa, aku sengaja merekamnya dalam bentuk kata agar sewaktu-waktu jika aku lupa masih ada bukti bahwa bahwa hidup ternayata semakin membaik.


2015.
Penghujung akhir tahun, tak ada keinginan untuk merayakan pergantian tahun dengan segala hingar bingar kebahagian. Hujan masih setia menemani waktu yang terus bergerak maju, ditambah bunyi petasan yang begitu riuh menyambut tahun yang akan segera berganti.

Sedangkan di sebuah ruangan yang tidak terlalu besar, hujan kecil mengalir deras di pipi seorang wanita yang menjadi sangat lemah karena hal bernama cinta. Menyambut tahun baru yang sungguh suram, tanpa perayaan apapun, yang ku ingat hanya sebuah  doa yang ku panjatkan dalam hati yang penuh kepasrahan disertai tangis yang tak bersuara.  Dan sebuah keyakianan bahwa tahun 2015 akan penuh dengan kebahagian meskipun aku memulainya dengan segala lara dan duka.


2016.
Tak pernah terfikrikan akan merayakan pergantian tahun sebahagia ini, menyaksikan petasan yang terus bergumuruh menandakan akan berakhirnya tahun 2016 yang penuh dengan suka-duka kehidupan. Pergantian tahun ini sangat cerah tanpa hujan seperti tahun lalu, kecerahanpun muncul di senyum seorang wanita yang kini menjadi wanita yang sudah “lulus” menghadapi tahap-tahap hidup yang kian mendewasakan selama tahun 2016. 

Aku ingat jelas, bagaimana rasanya menyambut tahun 2017 penuh kebahagian, sekaligus sebagai perayaan bahwa di tahun 2017 akan terlalui dengan seseorang yang berada di belakangku demi melingdungiku dari desakan orang-orang saat menghitung mundur detik pergantian tahun. 


Satu tahun lalu dengan waktu yang sama persis.
Tuhan memang Sang Maha Pengasihi, diberikan kebahagian yang setimpal dari doa penuh kepasrahan dalam tangis yang penuh sesak. 


CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment