jadi gadis Bali sehari-an


Aku kembali setelah sekian lama menghilang dari peredaran di Pulau Dewata dan Bali langsung menyambutku dengan penuh deadline yang siap menunggu dikerjakan, kemudian besoknya aku akan ikut Matur Piuning Student Day di Pura Besakih dan Pura Batur. Matur Piuning itu semacam ritual minta restu atau izin dari – Nya agar acara itu dilancarkan.

Harus bangun pagi dan itu jam 7, oh maann selama liburan gak pernah bangun sepagi itu dan kali ini harus bangun sepagi itu, bukan bangun tapi sudah siap lebih tepatnya..

Thema hari ini adalah Menjadi gadis Bali seharian.. pakai kebaya  super ketat yang buat aku jadi langsing dan sesak napas seharian. kebayanya sih masih minjem di teman sebelah maklum belum punya kebaya Bali, nantilah kalau diantara kalian ada yang menikah baru aku jahit kebaya Bali. okee bro?

 Banyak yang bilang aku cocok jadi orang Bali, iya cocok aja sih gak harus jadi orang Bali beneren kan? Hahaha
muke jutek gini, manaa cocookkk!?!?


Pagi yang begitu dingin mengantar keberangkatan kami menggunakan Bis ke Pura Batur, Letaknya di Kintamani Kabupaten Bangli. Lumayan jauh dari Denpasar. setelah sampai di Pura Batur sekitar pukul 12.00 siang. acara persembayangan-pun di mulai. Pemimpin ibadahnya yang biasa disebut Pemangku itu lumayan lama memulai ritualnya, sekitar setengah jam kami dijemur dibawa terik matahari yang sangat menyengat kulit. Aku salut dengan mereka (orang Bali) mereka sering melakukan persembayangan seperti ini, panas-panasan dan kaki yang sakitnya minta ampun karena harus duduk bersimpuh. Untunglah aku dibolehkan duduk bersilah kalau tidak, apa jadinya kakiku ini.

Banyak yang heran melihat aku ikut sembayang, terlebih karena aku memakai kalung salib, untunglah yang non-hindhu bukan hanya aku, ada Bima, Rere dan Wandi. Aku dengan Pedenya mengikuti ritual sembayang mereka yang cara-caranya saja aku tidak tahu sama sekali. Dengan modal melihat kiri-kananku aku mulai mengerti caranya. 
ini adalah ritual sembayanga, aku ada diantara mereka..

Setelah berjemur di Pura Batur, kami melanjutkan perjalanan ke Pura Besakih (Pura Terbesar di Bali), yang tidak jauh dari Pura Batur, satu jam perjalanan dengan kelok-kelok yang begitu terjal akhirnya kami sampai disana. Kami tiba sekitar pukul 14.00 siaang. Mengawali perjalanan dengan makan siang dengan cara duduk bersilah di tempat parkir yang cukup luas. Ah moment langkah.

Cuaca di siang itu cukup mendung. Langit seperti ingin menangis lagi, tapi syukurlah hujan belum juga menampakan dirinya sampai kami pulang.

Itu kali pertama kali aku menginjakan kaki di Pura Besakih. Puranya sangat luas dan bertingkat-tingkat. Kami mulai dengan sembayang di Pedarman masing-masing kekuarga. Dan aku tidak mempunyai Pedarman karena aku bukan dari keluarga Bali. Dari pada tidak tahu mau kemana, Jadilah aku mengikuti kak Alit, Pedarmannya cukup jauh.  aku hanya duduk menunggui dia sembayang dan yang lainnya terpencar ke Pedarman masing-masing.

Setelah sembayang di Perdaman masing-masing, kami melanjutkan perjalanan ke Pura Gelap. Aku fikir pura ini benar-benar gelap ternyata karena letaknya paling atas dan terkadang ditutupi kabut jadilah namanya “Pura Gelap”. Aku tidak ikut sembayang di Pura Gelap karena aku asik megikuti sesi Foto hahahha

Kemudian setelah puas berfoto-foto ria di Pura Gelap, kami akhirnya turun dan kembali ke Penataran Agung. di sini semua berkumpul kembali dan mengadakan persembayangan secara bersama-sama. Barulah di Penataran Agung ini aku ikut sembayang lagi. Disini aku sudah sedikit hafal cara-cara sembayangan umat Hidhu. Banyak yang bilang ketika kita ikut sembanyang tapi kita adalah non-hindhu artinya secara tidak langsung kita ikut menyembah Tuhan mereka. Sekali lagi, aku bukan orang fanatik yang menutup diri dari ajaran agama lain, aku ikut sembayang karena aku ingin mempelajari bukan mengikuti. Aku menutup mata, memakai Wija, meminum Tirta,  dan menumpangkan tangan bukan berarti aku sudah menyembahNya, ini hanya persoalan cara untuk menyembah Tuhan, cara berbeda dengan tujuan yang sama.

Setelah mengadakan persembayangan terakhir, kami akhirnya pulang tapi rombangan paling terakhir yang turun adalah rombangan kami karena terlalu asik mengambli gambar alias foto-foto hahaha

Perjalanan pulang semuanya pada ketiduran, semua pada kelelahan maklum perjalanan ini cukup jauh, suasana Bis mulai terasa hidup kembali setelah memasuki Kota Denpasar. perjalanan yang melelahkan tapi menyenangkan.

Bagiku kesempatan itu hanya datang satu kali, kalau ada kesempatan yang kedua rasanya tidak akan sama, dan ini adalah kesempatan yang tidak akan ku sia-siakan, kapan lagi aku ke Pura Besakih kalau bukan melalui acara-acara seperti ini, terlebih ikut merasakan sensasi sembayangan secara bersama-sama. 


ini yang pling cantik sapa?


kak alit liat sapa? haha
lagi neduh ceritanya,
fotoan sma mega, hati2 lehernya sakit liat poto ini.. hahaha

Pura Gelap
jacklyn liat sapa? hahha
penataran agung
entahlah kaget melihat sapa..
jalan pulang kembali kepadanya, *ehh
aku lupa yg disampingku ini siapa, -____-



untung gak pake wedges, hihi
sementara sembayang, dan aku masih sadar camera



jutek banget sihh bu' ><

Terimakasih Tuhan Yesus untuk kesempatan luar biasa ini. aku mencintaiMu.


ikut beribadah walaupun bukan agama kita bukanlah hal yang salah, 
bukannya kita hidup dalam perbedaan, berbeda itu untuk dileburkan bukan untuk dihindari..

sekali lagi, ini hanya cara berbeda untuk menyembahNya tapi dengan tujuan yang sama...

Bali, 13 Agustus 2013

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment