Perjalanan Menggapai Himalaya : (Bagian II : Terima Kasih Annapurna untuk semua keramahanmu)
Khatmandu, 27 Desember 2019, 06.55 AM
Dingin semakin menusuk kulit, matahari baru
muncul tapi tidak terlihat wujudnya. Tepat pukul 07.00 kami bergegas ke pinggir
jalan, untuk mencari Bis ke arah Pokhara. Ada 2 jenis BIS yang bisa digunakan :
- Bis Lokal, tentu
jauh lebih murah. Tapi tidak akan mendapatkan kenyamanan karena No AC, kamu
akan duduk dengan warga lokal yang membawa belanjaan mereka. Yah kalau di
Indonesia mirip2 BIS Ekonomi. Tapi karena cuaca di Nepal itu dingin jadi tidak masalah sih kalau Non AC haha
- Bis Turis, kalau
ini Jauh lebih mahal. Tapi sudah berAC. Walaupun masih kerenan BIS AC lintas
Jawa, haha
Jarak tempu Khatmadu-Pokhara memakan waktu 7-9
Jam. Dengan 2 kali singgah untuk Istirahat dan makan siang. Jalurnya? Jangan
berharap semulus dengan jalan lintas provinsi di Indonesia, jalannya masih
sangat terjal, berdebu, menyisir gunung, dan rusak.
Pokhara adalah Ubudnya Bali,
Entah, sewaktu saya tiba di Pokhara. Saya
la ngsung mengingat Ubud. Kota ini adalah
Kota ke 2 teramai dan terbesar setelah Khatmandu. Bahkan lebih banyak turisnya dari pada
Khatmandu. Mungkin karena menjadi titik persinggahan terakhir sebelum bertemu
megahnya Annapurna, dan dikenal sebagai "Permata di Himalaya". Di kota ini kita akan menemui ramainya Café, Bar, Toko Outdoor/oleh-oleh Khas Nepal berjejer sepanjang jalan. Dan turis-turis berlalu Lalang. Oh iya di Pokhara juga ada
KFC, jadi kalau bingung mau makan apa sok ke KFC aja karena sehari sebelum
keberangkatan kami juga makan di KFC.
Pokhara City |
Lake Phewa |
Di sini, kami
menginap semalam lagi untuk memulai pendakian sesungguhnya esok hari. Melakukan
packing sebaik mungkin, mandi air panas untuk terakhir kalinya, bukan hanya air
panas karena di Pokhara saya terakhir kali mandi.
OTW loc : samping hotel di Pokhara |
Siwai – Chomrong (217 0mdpl)
Kita
akan menggunakan Mobil Jep untuk menuju Siwai. Jalannya berliku dan terjal
seperti membela gunung. Karena Jalurnya juga bukan aspal. Yah jalurnya itu
mirip seperti perjalanan ke Kaki Gunung Latimojong.
Karena saya memakai Jasa Travel jadinya tidak terlalu pusing untuk urusan Izin, namun sepengatahuan saya biaya untuk mengurus semuanya itu sekitar 4.000 NPR, dengan membawa foto ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar.
ini adalah Cek point untuk melakukan pendaftaran izin pendakian |
Desa Siwai adalah desa terakhir yg dapat dicapai oleh kendaraan,
jarak tempuh kurang lebih 2-3 jam. Tiba di Siwai, pendakian dimulai. Sebelum memulai
pendakian, kami akan makan siang di sini.
Kemudian bersiap-siap dan memulai pendakian. Jalur jalan setapak yg tidak terjal akan mengiringi langkah kaki kita kesana.
Di perjalanan kita akan menemui jembatan iconic di Annpurna yaitu BridgeOver the Modi Khola Riveryang panjangnya sekitar 287 m dengan ketinggian 135 m. jembatan ini cukup Panjang dan akan menjadi spot untuk foto karena memang pemandangannya bagus sekali.
Gunung Es sudah mulai terlihat dari sini |
Kemudian bersiap-siap dan memulai pendakian. Jalur jalan setapak yg tidak terjal akan mengiringi langkah kaki kita kesana.
memulai pendakian |
Di perjalanan kita akan menemui jembatan iconic di Annpurna yaitu BridgeOver the Modi Khola Riveryang panjangnya sekitar 287 m dengan ketinggian 135 m. jembatan ini cukup Panjang dan akan menjadi spot untuk foto karena memang pemandangannya bagus sekali.
Jembatan Gantung |
Setelah melewati jembatan yang membuat kita gos-ngosan kita
memulai lagi pendakian tangga yang tak berkesudahan menuju titik pemberhentian
terakhir yaitu Desa Chomrong, tempat dimana kita akan istirahat alias tidur.
Jika cuaca cerah kita dapat melihat puncak-puncak
salju dari teras hotel, dengan semburat jingga yang sungguh mempesona disertai
dengan dingin yang sudah mulai menusuk tulang.
Pendakian menuju Chomrong adalah salah satu jaur
yang terberat karena dari awal sampai akhir tangga dan tangga lagii dan itu
akan kita tempu selama 4-5 jam. Bayangkan naik tangga selama itu, apa rasanya
kaki? Bahkan bagi yang sudah pernah ke Annpurna guyonan yang paling sering
terdengar “agak trauma liat tangga karena pasti selalu ingat Chomrong”
tangga dan tangga lagi |
Di Chomrong juga harga makanan masih
terjangkau, sekali makan bisalah 150 NPR, dan Charger HP masih gratis, WIFInya
juga masih murah 200 NPR Sajo. Air panas juga masih murah hanya 200 NRP sekali
mandi, kamarnya juga masih bersih karena masih pakai karpet, haha dan toiletnya
menggunakan toilet duduk coy, pokoknya Chomrong adalah titik yang paling enak
dan nyaman dari semua pemberhentian di Jalur ABC.
depan hotel chomrong dengan mata bengkak hahaha |
ini adalah Makanan khas nepal, we called is Dal Bath, semacam nasi campur tapi mengenyangkan sekali |
Pendakian hari ke dua kita akan menuruni anak
tangga yang luar biasa banyaknnya. Iya perjlanan pergi malah jalurnya menurun
dong, kebayang pulangnya harus naik lagi.
Jadi setelah naik ke Chomrong kita akan turun
lagi sampai menemukan Jembatan Gantung
yang ke dua, tidak sepanjang yang pertama memang. Lalu setelah itu kita akan
naik tangga lagi. DAMN harus naik tangga lagi !
Tapi setelah makan siang di Deurali, jalur
pendakian mirip sekali dengan Gunung-gunung di Indonesia, hutan tropis yang
rimbun dengan jalan setapak tanah. Hawa dingin yang cukup hebat sudah mulai menyerang
ketika kita berada di sini. Harga-harga makanan juga sudah mulai naik.
Deurali |
Kami sampai di Daufan sekitar pukul 16.30 PM,
masih terang dan masih bisa berjemur di hangatnya maharari sore.
Tapi di sini, suhu dingin semakin dingin.
malah hari kami habiskan dengan bercengkrama di dining room karena WIFInya ternyata
tidak sampai kamar jadi sekalian saja. Hahaha
suasana dining room |
Day 5 Daufan – Machapuchree/Annapurna basecamp
(4130 mdpl)
Di sini kita akan mulai berjalan menuju
ketinggian 3000an mdpl. Di perjalanan
ini, semua pemandangan berganti dengan Es, salju hamparan megahnya Himalaya, dan
tentunya dingin yang menusuk. Di jalur
ini kita akan menyaksikkan pemandangan yang membuatmu berdecak kagum akan mulai
kita rasakan.
pemandangan yang membuatmu selalu ingin berhenti foto |
menuju malam di jalur MBC |
Hari ke 5 adalah hari yang penuh drama.
Sesampainya di dininng room untuk menyantap makan malam, kami mendapati
kabar bahwa beberapa dari kami akan pulang dengan helicopter. Mereka menawarkan
kepada kami semua, siapa yang mau dan mampu maka besok pagi dari Annapurna
Basecamp mereka akan dijemput oleh helicopter. Namun setelah discusi yang
Panjang dan cukup menguras emosi, yang melanjutkan perjalanan menggunakan Heli
hanya 3 orang saja.
Otomatis, team kami kurang 3 orang. Perjalanan pulang itu sama beratnya dengan
perjalanan perginya. Tapi perjalanan yang berhasil adalah perjalanan yang membawa
kita pulang kembali dengan selamat. Hanya caranya yang berbeda-beda, ada yang
menggunakan helicopter adapula yang menggunakan kakinya dan kami masih memilih
berjalan menggunakan kaki kami, menuruni tangga-tangga yang memuakkan, menembus
dinginnya Himalaya dan menikmati setiap helaan nafas Lelah yang kami rasakan.
Ada lagi moment menangis di kamar tengah
malam, untuk Oky dan Tasya masih sempat ngegibah yah kita padahal itu sambil
kedinginan dan menguras air mata hahahhaa atau moment Raras tiba-tiba muntah di
dining room yang membuat suasana antara panik dan lucu.
Kemudian di titik ini, setelah melewati medan
yang paling berat (so far for me), ini juga menjadi titik terberat saya di mental.
Berimbas saya tidak bisa tidur, padahal
jam 4 pagi kami harus bangun untuk memulai berjalan lagi. Pikiran yang ke
mana-mana, otak saya bekerja lebih keras dari biasanya, perasaan saya tidak
tenang dan saya penuh dengan kekwatiran apakah besok saya mampu atau tidak,
lalu memikirkan Zem yang kakinya kedinginan hebat selama perjalanan ke MBC,
apakah besok dia akan baik-baik saja? ; ditambah dinginnya malam itu membuat
saya semakin bertanya-tanya
“kenapa
saya tidak ke negara lain saja? Negara yang lebih menyenangkan, hangat dan
tidak semelelahakan seperti ini” pikiran-pikiran itu mulai merasuki,
membuat mental saya hampir drop. Untunglah segera saya tepikan.
Namun sebelum
saya sempat tertidur, saya malah mau pipis. Ini membuat saya semakin stress.
Toilet itu di luar kamar, dan Suhu di luar itu minus, waktu menujukkan pukul
02.00 Dini hari, dan saya malah kebelet pipis coy. Dan tidak mungkin saya
membangunkan teman sekamar saya untuk menemani saya ke Toilet, jadi
satu-satunya yang harus saya andalkan adalah diri saya sendiri. Setelah
berfikir setengah jam, saya akhirnya keluar dari slepping Bag, mengencangkan
jaket, memakai sepatu dan berlari sekencang-kencangnya ke toilet. Tidak sampai
2 menit saya sudah berada di kamar lagi dengan kondisi kedinginan hebat. Malam
itu akhirnya bisa terlewati dengan perasan yang gelisah, tapi sekali lagi saya
percaya saya pasti mampu melewatinya.
Menyaksikan Annnapurna untuk pertama kali (ABC
4130 Mdpl)
Perjalanan menuju Annapurna basecamp sekitar 2
jam, kata Sherpa dan porter kami. Tapi itu durasi bagi mereka. Yah sekedar informasi
kata Sherpa kami pendaki Indonesia itu “lambat dan suka sekali foto” hahaha
Setelah memasang semua perlengkapan, kami berjalan
tepat pukul 05.00 dini hari. Masih gelap dengan suhu minus nyaris -20 C, rasanya seperti
mimpi bisa melakukan itu. Tapi kami percaya, bahwa kami semua mampu sampai di
sana.
alas sepatu untuk jalur bersalju, "crampon" |
Hanya suara langkah kaki dan bunyi es yang bergesakan
terdengar, benar-benar hening. Sesekali sharpa kami bersuara “are you okay?”
atau sekadar suara pelan kami bertanya dengan sedikit keputus asaan “Is ABC
still far away?”. Yang terlihat
hanya hamparan es berwarna putih dan jari-jari yang sudah mulai sakit karena
kedinginan.
Namun kegelisahanku semakin parah
ketika mendengar suara zem yang tepat dibelakangku “dek, udah gak kuat aku”
.
Aku seketika berbalik dan melihat Tatapan itu
adalah tatapan orang yang mau menyerah padahal Saya tau dia adalah orang yang tidak mudah menyerah. Namun menjelang pagi
saat itu, saya melihat dia lemas sekali. Iya, kakinya beku, karena sepatu yang
dia gunakan adalah sepatu lamanya, di mana suhu dingin bisa tembus. Kakinya
sampai bengkak dan sakit luar biasa. Bahkan terlontar dari mulutnya “nanti
kakiku diamputasi gak ya?” saking dia merasa jari kakinya sudah mati rasa.
“kamu harus tetap jalan, karena hanya itu yang
bisa kita lakukan, tahan sedikit lagi”
ucapku memberikannya semangat. Karena jujur tidak ada yang bisa dilakukan
selain tetap berjalan saat itu. Mau melapas sepatunya di tengah hamparan es?
Sepertinya bukan pilihan yang tepat.
Akhirnya dengan tertatih, setelah matahari sudah
bersinar, kami sampai di Annapurna Basecamp 4130 Mdpl sekitar pukul 07.15 AM. Rasanya masih seperti
mimpi. Hal yang dulu hanya saya khayalkan sambil dibawa tertawa bisa aku gapai.
Annapurna adalah bukti bahwa bermimpi memang harus tinggi, dan tetap sadar bahwa
semuanya bisa dicapai.
sepanjang mata memandang, semuanya putih karena es |
ngaso dengan suhu minus -20 C |
Sekali lagi, terima kasih Annapurna-Himalaya dengan segala
kekuatan magismu. 2019 ku tutup dengan rasa syukur tak berkesudahan karena sudah
diberikan kekuatan sekuat itu untuk menapakimu, dan 2020 ku buka dengan ucapan syukur karena mengawalinya dengan rasa haru bisa menyelesaikan perjalanan panjang
dengan baik.
dan terima kasih semua orang-orang yang bersama saya selama pendakian, kalian semua hebat. semoga masih bertemu kalian lagi di pendakian-pendakian lainnya :)) Jadikan EBCnyaaa nih? :P
ABC |
dan terima kasih semua orang-orang yang bersama saya selama pendakian, kalian semua hebat. semoga masih bertemu kalian lagi di pendakian-pendakian lainnya :)) Jadikan EBCnyaaa nih? :P
tampang sampai di desa terakhir kembali, sesenang itu melihat tanda-tanda kehidupan lagi
|
Highlight :
1. Untuk perjalanan pulang dibutuhkan waktu 3 hari 2 malam untuk sampai di Pokhara kembali. Total pendakian 6 hari 5 malam.
2. Kami merayakan Malam Tahun baru 2020 di Desa Himalaya. Merencanakan melewati pergantian tahun dengan memesan susu cokelat hangat dan meminumnya bersama Sherpa-sherpa kami sambil merayakan suksesnya pendakian ini, tapi nyatanya ada miss com antara kami dan Sherpa, jadi Sherpa kami sempat mengetuk-ngetuk pintu kamar kami waktu pukul 23.30 namun kami tidak ada yang bangun , kemudian tepat 23.55 saya, oki, tasya dan bang hadi bangun namun karena tidak ada keramaian jadinya kami kembali tidur. hahahahhaa
3. Susu cokelat yang sudah kami pesan tetap kami minum keesokan harinya.
4. Kami merayakan Tahun baru 2020 yang sempat tertunda di Desa Chomrong, berjoged ala nepali Bersama Porter dan Sherpa kami diiringi tawa untuk semua cerita-cerita selama pendakian sambil meminum Hot Black Tea.
5. Di perjalanan ke Chomrong, Oky terjatuh dan sedikit cedera tapi dia mampu menyelesaikan pendakian turun dengan sangat baik walaupun perjalanan naik ke Desa Chomrong harus memakai Kuda.
6. Kami melewatkan malam terakhir di Pokhara dengan traktiran Dinner merayakan Ulang tahunnya Teddy yang sempat tertunda.
7. Betapa nikmatnya mandi pertama kali dengan air hangat Hotel di Pokhara selama tidak mandi selama 6 hari lamanya.
8. Menikmati Kopi pertama saya di Himalaya Coffee Pokhara, selama hampir 3 minggu tidak menyentuh kopi
9. Sepanjang perjalanan saya batuk tiada henti, untuk 11 orang yang bersama saya selama pendakian, maafkan suara batuk saya selama pendakian dan tengah malam saat semua istirahat. Saya tau betapa menyebalkannya suara batuk itu. Sesampai di Jakarta saya langsung ke Dokter karena dada kiri sampai nyeri keseringan batuk. Dan hari ke dua di Jakarta batuknya berlangsung berhenti.
10. Kaki saya tidak sakit sama sekali sesampainya di Jakarta, padahal biasanya selesai pendakian setelah dibawah tidur panjang, kaki ini akan pegal dan sakit luar biasa. Entah mungkin karena saking lamanya dipakai jalan sehingga Ia menjadi terbiasa.
1. Untuk perjalanan pulang dibutuhkan waktu 3 hari 2 malam untuk sampai di Pokhara kembali. Total pendakian 6 hari 5 malam.
2. Kami merayakan Malam Tahun baru 2020 di Desa Himalaya. Merencanakan melewati pergantian tahun dengan memesan susu cokelat hangat dan meminumnya bersama Sherpa-sherpa kami sambil merayakan suksesnya pendakian ini, tapi nyatanya ada miss com antara kami dan Sherpa, jadi Sherpa kami sempat mengetuk-ngetuk pintu kamar kami waktu pukul 23.30 namun kami tidak ada yang bangun , kemudian tepat 23.55 saya, oki, tasya dan bang hadi bangun namun karena tidak ada keramaian jadinya kami kembali tidur. hahahahhaa
3. Susu cokelat yang sudah kami pesan tetap kami minum keesokan harinya.
4. Kami merayakan Tahun baru 2020 yang sempat tertunda di Desa Chomrong, berjoged ala nepali Bersama Porter dan Sherpa kami diiringi tawa untuk semua cerita-cerita selama pendakian sambil meminum Hot Black Tea.
5. Di perjalanan ke Chomrong, Oky terjatuh dan sedikit cedera tapi dia mampu menyelesaikan pendakian turun dengan sangat baik walaupun perjalanan naik ke Desa Chomrong harus memakai Kuda.
6. Kami melewatkan malam terakhir di Pokhara dengan traktiran Dinner merayakan Ulang tahunnya Teddy yang sempat tertunda.
7. Betapa nikmatnya mandi pertama kali dengan air hangat Hotel di Pokhara selama tidak mandi selama 6 hari lamanya.
8. Menikmati Kopi pertama saya di Himalaya Coffee Pokhara, selama hampir 3 minggu tidak menyentuh kopi
9. Sepanjang perjalanan saya batuk tiada henti, untuk 11 orang yang bersama saya selama pendakian, maafkan suara batuk saya selama pendakian dan tengah malam saat semua istirahat. Saya tau betapa menyebalkannya suara batuk itu. Sesampai di Jakarta saya langsung ke Dokter karena dada kiri sampai nyeri keseringan batuk. Dan hari ke dua di Jakarta batuknya berlangsung berhenti.
10. Kaki saya tidak sakit sama sekali sesampainya di Jakarta, padahal biasanya selesai pendakian setelah dibawah tidur panjang, kaki ini akan pegal dan sakit luar biasa. Entah mungkin karena saking lamanya dipakai jalan sehingga Ia menjadi terbiasa.
untuk Zem Dani, terima kasih untuk semuanya. |
and spesial thanks for my team and our beloved sherpa, gils kita semua bisaaa yah ternyata |
tempat yang jauh, dingin yang menusuk, dan lelah yang dirasakan berulang kali.
Nepal-Annapurna, 26 Desember 2019-03 Januari 2020
Sudah baca bagian 1?:
Perjalanan Menggapai Himalaya (Bagian I :Dari Mimpi Kecil Menjadi Kenyataan Yang Besar)