perpindahan hidup

Berpindah adalah bagian paling nyata yang ada hidup saya. Sehingga ketika sekarang saya berpindah lagi saya sudah sedikit terbiasa menghadapi hal-hal yang baru. Entah itu berpindah tempat tinggal, berpindah keadaan hari, sampai berpindah hatipun sudah saya rasakan.

Awal tahun dimulai dengan perubahan besar tentang hidup. Akhirnya saya Memulai kehidupan kerja dan meninggalkan rumah lagi. Pergi merantau ke Ibu kota kemudian di lempar lagi di mana mayoritasnya menggunakan Bahasa Jawa. Awal datang semua baik-baik saja, pelan-pelan menyesuaikan semuanya, dimulai dari lingkungan baru, team kerja baru dan suasana yang benar-benar baru. Saya mencoba membiasakan diri dengan kehidupan orang kerja pada umumnya, pergi pagi, pulang sore, sampai di kos badan sudah lelah jadinya hanya memilih menghabiskan waktu di kos saja. 

Awalnya sanggup bertahan dari semua efek perubahaan itu, saya masih sanggup mengikuti ritme dari semua perubahan yang nyata yang terjadi, namun di pertengahan jalan, saya terjatuh diterpa perasaan “dampak perubahan”, saya merindukan kehidupan saya yang dulu, di mana kebebasan berpergian menjadi hal yang mutlak saya miliki, saya tidak pernah merasa kesepian karena teman-teman saya banyak, bahkan teman saya sejalur dengan saya selalu siap menemani, mau ke kota asing sekalipun rasanya bukan hal yang masalah karena pasti di sana akan menemukan teman baru, saya sangat mudah berpindah tempat seenak hati, mendaki gunung yang tinggi, keluar masuk hutan yang lebat, camping di tempat yang begitu indah, pergi ke luar kota tanpa mikir panjang adalah hal-hal yang menjadi bagian dari hari. Rasa rindu itu membuat saya sejenak pulang pada kehidupan yang kini sudah berubah. Mungkin bisa dikatakan kehidupan saya kini tidak seseru dulu. 

Namun  sesaat setelah tersadar, saya  berada di dalam ruangan 4x4 di kota yang sebelumnya belum pernah saya kunjungi dijejeran kota yang pernah saya singgahi di Pulau Jawa, seorang diri, terjebak dalam rutinitas yang sesekali membuat ingin menyerah saja.

Saya sempat mengeluh kepada seseorang, dan dia berkata “jangan pernah membandingkan kehidupanmu dulu dengan yang sekarang karena jelas berbeda, karena semakin kamu membandingkan semakin kamu tidak bersyukur dengan hidupmu yang sekarang”. Seketika saya merasa tertampar. Benar sekali ucapan yang dia katakan.  Saya kurang bersyukur untuk hidup yang sekarang, padahal banyak sekali yang Tuhan  sudah kasih dalam hidup saya belakangan ini. Salah satunya pekerjaan yang bagus dengan gaji yang lebih dari cukup untuk ukuran anak baru lulus macam saya ini. 

Bukan sepi yang menyiksa diri tapi karena saya kurang bersyukur tentang semua yang telah terjadi. Mulai sekarang, saya akan menjadi lebih kuat dari yang dulu, merantau sudah menjadi bagian dari hidup jadi seharusnya saya tidak perlau kuatir lagi bagaimana merantau itu sungguhlah bukan perkara mudah.

Dan tentu karena  kebaikan Tuhan, dikirimkannya sosok pria seperti dia, yang selalu menemai saya kapanpun itu walaupun kami terpisah jarak yang sangat jauh, kehadirannya benar-benar sangat saya syukuri. Dia datang di waktu yang tepat, di mana hati saja baru saja lepas dari segala duka dan lara perihal kehilangan, dia datang di waktu yang sangat baik saat saya dikirim ke hari-hari yang teratur seperti sekarang ini, dia datang di waktu penantian panjang tentang sosok yang begitu ku inginkan,  ketika mengingatnya hanya ucapan syukurlah yang selalu ku ucapkan.

Perpindahan hatiku begitu lengkap, setelah patah hati yang tak karuan menyerangku, saya dipertemukan dengan seseorang seperti dia. Sosok yang menjadi alaramku setiap pagi, membangunkanku untuk memulai hari, menjadi teman setiaku ketika sepi menguasai hari, dan menjadi penghiburku ketika sedih menghampiri jiwa. 


Terima kasih Tuhan untuk semua perpidahan-perpindahan yang terjadi dalam hidup, dan melengkapi semuanya dengan mengirimkan sosok seperti dia. 




CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment