memulai perjalanan dengan sepatu yg masih bersih |
Minggu pagi tak pernah semengebu-gebu ini. Memulai langkah menuju
pelabuhan padang bai dengan sebuah tujuan yang begutu jauh. Dengan modal Rp.125.000
kita sudah bisa menyebrang menggunakan sepeda motor ke Pulau Lombok. Pukul
18.15 kami tiba di Lombok dengan berbekal pengetahuan sekedarnya.
Awalnya kami ingin berbelanja di pasar Aikmal tapi karena sudah malam jadi kami takut pasarnya sudah tutup, jadi pilihan akhirnya adalah Mall, setelah bertanya dengan warga sekitar kami tiba di Hypermart yang tujuannya untuk membeli bahan-bahan
makanan kelompok yang akan kami pakai selama di gunung nanti. Setelah
berbelanja, kami akhirnya melakukan packing ulang karena ternyata masih banyak
barang yang belum masuk tas, salah satunya air mineral.
Di emperan toko kamipun
melakukan packingan ulang, sesaat menjadi pusat perhatian beberapa orang
yang hendak melintasi. Akhirnya salah satu bapak menghampiri “mau
naik gunung yah dek?” ucapnya penuh tanya. “iya pakk” balas kami dengan
semangat. Percakapan singkat terjadi dengan bapak itu, dia menceritakan kalau
dia juga sering naik gunung. Setelah
beberapa saat bapak itu berlalu dengan menitipkan semangat , senyum
hangatnya seolah mengisyarakan kasian atau justru bangga terlebih
setelah mendengar kami menggunakan sepeda motor dari Bali. Setelah melakukan
packing ulang, kami bergegas mencari makan disekitaran mall tersebut, lalapan
depan Hypermartpun menjadi pilihannya. Makanan itupun habis saking
laparnya. setelah mengisi tenaga, kami melanjutkan perjalanan ke Desa Sembalun.
packingpun selesaaaaiiiiiiiiiiiiiiiiiii........... |
Kami mengambil jalur selatan, karena kata beberapa orang jalur
selatan lebih menghemat waktu sampai 2 jam namun sedikit berbahaya. Tapi yang terjadi malah kami dijalan sudah memakan
waktu sampai 4 jam, melintasi pantai begitu panjang dengan jalan yang begitu sepi, hanya terdengar bunyi 3 motor melaju diatas rata-rata,
waktu sudah menunjukan pukul
23.30 sehingga membuat kami harus menepikan motor di salah satu
emperan bengkel terdekat. Terlebih bensin motor sudah mulai sekarat.
Menunggu pagi supaya bisa bertanya, itulah yang akan kami lakukan.
Berusaha untuk terlelap dengan beralaskan matras seadanya. namun seketika kami terbangun bersamaan saat suara motor berhenti tepat dihadapan kami. Ternyata pemilik bengkelnya baru pulang, untunglah dia sangat ramah menyuruh melanjutkan tidur bahkan memberikan kami selimut, tikar dan bantal seadaanya.
Sinar matahari sudah mulai menerangi bumi, kamipun bergegas untuk
segera melanjutkan perjalanan sebelum warga sekitar melihat tingkah laku kami. Ternyata kami tidak tersesat, Desa Sembalun itu masih sejauh 7km. Perjalananpun
dimulai kembali menuju Desa Sembalun.
Memasuki desa sembalun suasana berubah menjadi sejuk dan dingin,
gunung rinjani berdiri dengan kokohnya. yah, desa ini tepat
berada di bawah kaki gunung rinajni. Setelah sampai di RTC atau pos pendaftaran,
salah seorang kawan kami melakukan registrasi dengan hanya membayar
Rp.5000/hari kita sudah bisa mendapatkan tiket masuk yang bisa digantung di carrier dan
beberapa kresek sampah.
kemudian kami melanjutkan perjalanan
lagi dengan menggunakan Pick Up pak zainal, cukup membayar Rp.100.000 kita bisa
diantar ke depan pintu gerbang taman nasional gunung rinjani, namun apa daya
jalan menuju kesana cukup rusak sehingga pick up yang ditumpangi terpaksa
harus menurunkan kami di tengah jalan, katanya sih cuman jalan 15 menit tapi
malah sampai 45 menit.
pemadangan menuju pintu gerbang taman nasional gn. rinjani |
Cuaca terik mulai mengawal langkah, rasanya pundak terasa
nyeri skali karena belum terbiasa membawa carrier seberat itu. jadilah sewaktu
sampai di pintu gerbang, badan dan perutku ku terasa panas . sebelum
melanjutkan perjalanan, kami mengistirahatkan tubuh sejenak untuk menyantap
makanan yang kami beli di Desa Sembalun tadi. “ini terakhir kali kita makan
enak guys” ucap salah seorang teman yang diikuti dengan suara tawa keras kami.
Perjalanan di mulai, di depan mata sudah terpampang jelas betapa
indahnya rinjani itu. aku mempersiapkan mental utnuk menghadapi jalan yang kami lalui, jalan yang tidak mulus, jalan yang akan begitu menguras tenaga. dan sekali lagi kuyakinkan diriku sendiri, bahwa aku pasti bisa.
perjalanan berkilo-kilo meter dimulai dengan satu langkah. |
Perjalanan
ke pos 1 normalnya ditempuh 2,5 jam saja, tapi karena kami sering sekali
istirahat terlebih yang menjadi pemandangan ditrek ini adalah padang savana
kering, waktu yang kami tempuhpun hampir mencapai 5 jam lebih, bagaimana tidak setiap melintasi pohon pasti kami selalu berhenti untuk meneduhkan kepala, kemudian menyempatkan untuk sekedar bercanda dan menertawakan apa saja.
padang savana kering bisa mengeringkan segalanya. |
Pukul 14.00 sebuah gubuk tua yang terbuat dari besi mulai terlihat,yah
kami tiba di Pos 1, setelah melewati jalan yang cukup jauh, kering, dan panas
matahari yang sangat menyengat.
inilah tampang setelah melewati savana kering |
Disini kami bertemu lagi dengan mbak Suci dan
mas Ferdi, teman yang kami jumpai diperjalanan ke Pos 1, mereka sangat ramah
menawarkan untuk mendaki bersama tapi karena langkah yang terlalu santai,
irama langkah kami dengan mereka pun tak bisa berjalan seiring. Akhirnya mereka
pamit untuk berjalan dahulu ke Pos 2, sedangkan kami masih asik dengan
teduhnya Pos 1, sambil beberapa kali mengambil foto. Setelah merasa tenang
sudah kembali pulih, kami memulai perjalanan ke Pos 2, jaraknya cukup dekat
bisa ditempuh dengan satu jam. Pos 2pun bisa terlihat dari Pos 1 tapi begitu
dijalani, ternyata jaraknya sangat jauh, diperjalanan ini matahari seolah
mengeluarkan sengatannya, panas sekali.
dan kami masih disini, pos 1 |
Akhirnya kami tiba di Pos 2 setelah berjalan 1 jam
lebih, disini kami makan siang dengan menu super bubur atau mie instan, yaa hanya
untuk mengganjal perut. Di pos 2 ini terdapat sumber mata air, jadi sebisa mungkin
aku memanfaatkannya untuk menggosok gigi dan cuci muka. Di pos 2 kamipun
bergerak dengan santainya, bahkan ricard masih sempat tertidur saking
ngantuknya.
ini pemandangan menuju pos 2, masih kering sekering tenggorokan kami |
pelan-pelan aja, nanti juga sampai |
jembatan di pos 2 |
Pukul 18.00 lebih mengantar kami melangkahkan kaki lagi. Senjanya langit
menjadi pemandangan yang begitu indah diperjalanan ke pos 3, dipadukan dengan
pemandangan padang savana dan puncak rinjani yang semakin dekat membuatku
sangat bersyukur bisa melihat pemandangan itu. suara anginpun menjadi musik
alam yang semakin meneduhkan suasana. ah mungkin Tuhan sedang jatuh cinta saat menciptakan Rinjani.
senja disini, sangat indah :) |
Perjalanan ke pos 3 cukup jauh, tanjakannya sudah mulai terasa. Ketika
langit berubah menjadi gelap, pos 3 ternyata masih belum terlihat, tapi kami tetap
berjalan. Dengan berbekal cahaya kecil dari headlamp tak menyurutkan semangat
kami.
Langkah terhenti di Pos Ekstra karena perut kami sudah kelaparan
terlebih malam semakin gelap menyelimuti bumi. Disini kami mendirikan tenda,
memasak nasi dan sarden.
Pagi hari menjadi pemandangan yang begitu menyegarkan
mata, matahari pagi begitu hangat kembali mengawal langkah menuju
Plawangan Sembalun dan ternyata Pos 3 cukup dekat dengan tempat kami mendirikan
tenda.
pemadangan menuju Plawangan Sembalun, cerah sekali pagi itu. |
Sebelum mencapai Plawangan, kita akan melewati Bukit Penyiksaan yang
terdiri 7 bukit yang cukup tinggi,
mendengar namanya saja sudah mengerikan apalagi menjalaninya, tapi itu tidak
membuat kami menyerah. Langkah demi langkah membawa kami dari bukit satu ke bukit
lainnya. Disini tenaga benar-benar terkuras, diperparah dengan persedian air
kami yang kian menipis, tapi Tuhan masih menyayangi kami, sisa – sisa tenaga mengatar
kami sampai ke Plawangan dan yang pasti dengan sangat kehausan.
bukit peyiksaan, sesuai namanya benar-benar menyiksa. |
ditengah jalan, kita akan bertemu dengan mereka, yah mereka adalah porter, si pembawa barang |
"Pelan-pelan saja nanti juga sampai"itulah kalimat yang sering sekali terdengar. ketika nafas sudah tak beraturan, dan kaki sudah sangat berat untuk melangkah. oh iya, disini kita akan bertemu banyak orang, dan paling banyak Turis asing, duh tenaga mereka memang luar biasa!
setealah berjuang melewati tanjakan penyesalan, pucuk dari bukit terakhirpun terlihat dan akhirnyaa Plawangan kami datang.
setealah berjuang melewati tanjakan penyesalan, pucuk dari bukit terakhirpun terlihat dan akhirnyaa Plawangan kami datang.
Dan ternyata itu masih di Plawangan awal, tempat untuk ngecamp itu di
Plawangan akhir dan kita masih harus jalan kaki sekitar setengah jam.
sebelum melanjutkan perjalanan, mardy ngisi tenaga dalam dulu, katanya supaya kuat tanjakan lagi, haha |
Dan akhirnya, kami sampai, tepat setelah matahari menenggelamkan
dirinya.
sunset di plawangan, |
Kami disambut dengan sapaan seorang pria yang ternyata Bang Santo,
seorang pendaki yang kami temui di Pos 2, dengan baik hati dia menawarkan kami
teh jahe panas dan tanpa malu kami langsung meminumnya secara bergantian. Setelah
meminum teh kamipun berbagi tugas, ricard dan reno bergegas pergi mengambil air
ke sumber mata air. Air di Plawangan itu segar sekali. Sedangkan yang lain
mendirikan tenda. Setelah makan malam, bercerita dan mengejek satu dengan yang lainnya kami langsung beristirhat
mengumpulkan tenaga untuk melakukan pendakian ke Puncak Dewi Anjani.
Summit Attack.
Pukul 01.00 dini hari, ricard membangunkan kami untuk prepare diri
dan barang-barang yang akan dibawah. Tepat 01.30 perjalanan menuju puncak dimulai. Kami sengaja mencuri star dari pendaki lain karena sadar
diri kecepatan dan kekuatan kami tak sebesar mereka. Dengan berbekal daypack
yang berisi headlamp, air minum, sedikit snack dan tentu saja seuntai doa mengawali
langkah malam itu. rinjani tunggu kami!
Perjalanan ini cukup jauh karena ketinggian Plawangan Sembalun saja sekitar 2700m, jadi masih ada sekitar 1km vertikal menuju puncak. Tak apa “pelan-pelan
saja yang penting sampai” itulah prinsip yang selau kami terapkan selama berjalan
menuju puncak. Di Rinjani banyak sekali puncak bayangan yang tentu siap
menjatuhkan mentalmu. Kau pikir itu sudah puncak, setelah sampai ternyata
masih ada puncak lain, begitu seterusnya. Dan yang paling menyulitkan
langkah karena treknya berupa pasir. Pasir sampai akhir.
jangan menyerah, karena puncak tak akan kemana, lanjut atau turun kembali, pilihannya ditanganmu |
sunrise di punggung rinjani, |
Namun, diperjalanan 2 orang kawan kami memutuskan untuk tidak meneruskan
langkahnya dan berbalik untuk segera turun, padahal saat itu kami sudah
diketinggian 3300mdpl, sisa 426mdpl lagi. Menuju puncak memang sering sekali
membuat orang ingin menyerah karena kondisinya maju 2 langkah mundur 1 langkah,
angin kencang dari arah depan seolah ingin mendorongmu, dan cuaca dingin yang
sangat menusuk kulit.
Untunglah, ada sosok
yang sangat sabar mau menuntun langkahku dengan tetap menarik tanganku sampai
ke puncak. Ricard pendakian kali ini kamu adalah pahlawanku. di tengah jalanpun
aku hampir menangis karena sudah tak kuat bahkan sekedar mengangkat kaki untuk
melangkahpun aku sudah tak mampu. Teriamakasih
mengantarku ke puncak dewi anjani dan
percayalah Tanpamu dan izin Tuhan
aku tak akan sekuat itu.
Pukul 09.00 tepat kami menginjakan
kaki di puncak rinjani, 3726mdpl. Gunung Berapi kedua tertinggi sekaligus gunung tercantik di Indonesia, kata banyak pendaki. Rasa lelah hilang terbawa angin ketika
melihat pemadangan dari atas sana, rasanya ingin menangis haru tapi malu,
hahaha kami adalah pendaki paling akhir, padahal tadi udah nyolong star,
terbukti kan dugaan kami :p
akhirnyaaaaaa, perjuangan tanpa henti terbayar dengan pemandangan dari atas sini :') |
Sambari menunggu kawan kami mardy dan zipo kami masih asik
menikmati pemadangan diatas sana, kemudian mereka berdua menampakan wujudnya,
ternyata mereka juga hampir menyerah terlebih mardy jatuh sakit lantaran masuk
angin di tengah jalan tadi.
Kami berempat saling berpelukan dan mengambil beberapa foto. Puncak
rinjani pagi itu sepi, yang tersisa hanya kami berempat, semua orang sudah turun karena semakin siang suhu diatas sana panas sekali.
Dari atas sini, aku seperti butiran air ditengah laut, sangat kecil tak sebanding dengan ciptaan Tuhan yang begitu megah ini.
Dari atas sini, aku seperti butiran air ditengah laut, sangat kecil tak sebanding dengan ciptaan Tuhan yang begitu megah ini.
terimakasih kakiku, tetap kuat hingga mampu membawaku ke pijakan tertinggi salama aku hidup, |
Setelah puas mengambil gambar, kami memutuskan untuk turun. dan
masalah bertambah karena mardy benar-benar drop, dia muntah dan pusing . dengan sedikit bujukan dan paksaan kami memutuskan
untuk tetap turun, untunglah treknya
pasir jadi bisa menggunakan trik sky di pasir. Setelah beberapa kali
beristirahat bahkan kami sempat tertidur dibawah batu kamipun sampai kembali ke
Plawangan.
ketika beristirahat saat turun dari puncak, roti gandum yang super enak! |
Rencana berubah yang awalnya hari itu kami akan langsung turun ke
danau, malah memutuskan untuk melakukan camping satu malam lagi di Plawangan,
karena kondisi mardy yang masih belum baik. dan kami kesorean sampai di Plawangan. Malam itu Plawangan lebih dingin
dari malam sebelumnya bahkan terjadi badai saat subuh dini hari.
Dingin Plawangan membangunkan kami untuk segera berbegas
melanjukan perjalanan ke danau segara
anak. batu-batu terjal menjadi teman perjalanan ke danau, kita harus
menuruni jalan cukup curam sebelum mendapati jalan yang sedikit landai.
pemadangan Plawangan sebelum menuju ke danau |
adek lelah banggg |
makanannya tetap enak sekalipun hanya mie instan. |
maklumlah adek sudah lelah, jadi beginilah gayanya bang. |
Perjalanan ke danau begitu indah, mata disuguhkan dengan pemadangan hijaunya rumput-rumput. Dengan semangat kami mempercepat langkah agar tidak terkena malam di jalan lagi. Pukul 18.00 tepat kami sampai di danau segara anak, sudah hampir gelap, mataharipun sudah tidak terlihat lagi.
hati-hati dek, nanti jatuh loh.. |
yang lain pada foto, aku mah cukup foto kaki aja |
pemandangan sebelum danau, hijau sekali. |
awanpun mulai menutupi jalan kami. |
Seperti biasa kami membagi tugas, ricard dan reno adalah spesial mengambil air. Mardy memancing ikan untuk makan malam, sedangkan aku, zipo dan tian mendirikan tenda. Danau segara anak tidak sedingin Plawangan, anginnya pun begitu teratur.
selamat datang, di danau segara anak |
“Malam ini kita makan besar” ucap ricard. Yah benar skali malam
itu kami makan besar dan tentu saja enak.
Kami makan soup, telur asin, sarden dan sayur pecel. Tapi sebenarnya makanan
apapun jika dimakan di gunung itu pasti enak.
Setelah makan, kami berembuk menentukan akan pulang lewat mana, kembali ke Sembalun atau lewat Senaru. Setelah berdiskusi panjang lebar bertanya kesana kemari, kami akhirnya tetap pulang melalui Senaru dengan pertimbangan yang cukup matang.
di gunung makan apapun itu enak,
sekalipun nasihnya lembek kaya bubur :'), btw yg kuning itu mangkuk super bubur. |
Setelah makan, kami berembuk menentukan akan pulang lewat mana, kembali ke Sembalun atau lewat Senaru. Setelah berdiskusi panjang lebar bertanya kesana kemari, kami akhirnya tetap pulang melalui Senaru dengan pertimbangan yang cukup matang.
sebelum pagi, setelah sore, danau segara anak di malam hari. |
Sinar matahari mulai menerangi danau, embun yang jatuhpun menambah
kesejukan tempat itu. suasana pagi yang tidak bisa kau dapatkan di mananpun. Dingin
dan meneduhkan sekali.
danau segera anak di pagi hari, gunung di depan itu namanya gunung baru jari. |
berasa bukan di Indonesia, saking indahnya.. |
Kami dikagetkan dengan kedatangan Tian membawa banyak sekali ikan,
yah setelah semalaman mancing ternyata mardy tidak mendapatkan ikan satupun,
dan kami sangat tertolong dengan ikan pemberian salah seorang bapak yang juga
ngecamp di danau pagi itu.
disini ikannya besar-besar, yah kalau mujur sih, (foto ini pencitraan abis hahhaa) |
Akhirnya sarapan kami ikan bakar. Dramapun terjadi, kami kehabisan
beras. Tapi Tuhan masih selalu menolong dengan keahlian PDKT-nya tian, dia berhasil
mendapatkan sekantong beras dari tetangga camp sebelah, mereka baik sekali
bahkan mereka meminjamkan kompornya karena keadaan kompor kami yang saat
itu tidak mau menyala.
Setelah makan siang dengan versi “mengibung” kami bergerak menuju
permandian air panas, yah sekitar setengah jam kita akan
menjumpai permandia air panas. Kami tidak jadi berendam air panas, karena
permandiannya dipenuhi oleh turis asing. Jadi hanya berendam kaki saja. Setelah puas,
kami beranjak ke sumber mata air, karena diperjalanan pulang melalui senaru tidak
ada sumber mata air jadi harus membawa air sebanyak mungkin kalau tidak mau mati kehausan.
pemandangan di tengah jalan menuju sumber mata air. |
permandian air panas danau segara anak, yang mandi mah bule2 doang |
Sesudah mengambil air dengan antrian yang sangat panjang dan sengatan matahari siang bolong kami bergegas kembali ke danau. Sesampai di camp, ternyata kami kelaparan dan persedian kami benar-benar sudah habis yang tersisa hanya beberapa mie instan dan super bubur yang bagi kami itu sudah eneg. Dan sekali lagi Tuhan menolong kami melalui orang lain, seorang Porter memberikan kami nasi dan tempe sambelnya, wah seperti melihat air di padang gurun. Padahal kata orang-orang porter rinjani itu naka-nakall ternyata mereka baik-baik kok atau mungkin kelewat kasian yah? hahaa
menuggu makan siang yang tak kunjung data |
Akhirnya kami berangkat menuju Senaru. perjalanan yang harus mendaki terlebih dahulu, yah mungkin cuman di Rinjani jalan pulangnya harus mendaki lagi. pukul 16.00 kami melangkahkan kaki menyusuri pinggir danau, dan insiden tersesatpun terjadi, jalan naik ke Plawangan Senaru kelewatan, setelah bertanya kepada seorang Porter yang nge-camp disana, dia malah menyuruh kami untuk ngecamp semalam lagi, karena dia takut kami tersesat terlebih jalan ke sanaru itu bercabang dan hari sudah hampir gelap. Tapi kami tetap harus melanjutkan perjalanan itu, dengan berbekal doa dan keyakinan perjalanan itu terus berlanjut. Tanjakannya begitu memilukan, seperti naik ke gunung agung, terjal dan tinggi.
Setelah kurang lebih 4,5 jam kami akhirnya sampai di Plawangan Senaru. Disini hampir sama dengan Plawangan Sembalun, seperti punggung gunung, landai tapi anginnya lebih kencang bahkan tenda kami hampir roboh saking kencangnya. Bintang di tempat ini juga terlihat sangat banyak. Memutuskan untuk ngecamp semalam lagii, dengan air terbatas, kami tetap memilih untuk memasak menggunakan air danau yang sempat diambil ricard. “airnya bau belerang, ya paling pusing dikit besok” canda reno diikuti tawa kami semua.
sesaat sebelum meninggalkan segara anak |
Akhirnya kami berangkat menuju Senaru. perjalanan yang harus mendaki terlebih dahulu, yah mungkin cuman di Rinjani jalan pulangnya harus mendaki lagi. pukul 16.00 kami melangkahkan kaki menyusuri pinggir danau, dan insiden tersesatpun terjadi, jalan naik ke Plawangan Senaru kelewatan, setelah bertanya kepada seorang Porter yang nge-camp disana, dia malah menyuruh kami untuk ngecamp semalam lagi, karena dia takut kami tersesat terlebih jalan ke sanaru itu bercabang dan hari sudah hampir gelap. Tapi kami tetap harus melanjutkan perjalanan itu, dengan berbekal doa dan keyakinan perjalanan itu terus berlanjut. Tanjakannya begitu memilukan, seperti naik ke gunung agung, terjal dan tinggi.
"nanti juga kalau kehausan, air danaunya di minum kok, percaya deh" omongan ricard setelah mengambil air danau |
sejauh kaki melangkah meninggalkan danau segara anak |
Setelah kurang lebih 4,5 jam kami akhirnya sampai di Plawangan Senaru. Disini hampir sama dengan Plawangan Sembalun, seperti punggung gunung, landai tapi anginnya lebih kencang bahkan tenda kami hampir roboh saking kencangnya. Bintang di tempat ini juga terlihat sangat banyak. Memutuskan untuk ngecamp semalam lagii, dengan air terbatas, kami tetap memilih untuk memasak menggunakan air danau yang sempat diambil ricard. “airnya bau belerang, ya paling pusing dikit besok” canda reno diikuti tawa kami semua.
Kelelahan memuncak malam itu tapi aku sungguh bersyukur mempunyai
mereka, yah tetap bisa tertawa disaat kondisi kami yang tidak begitu baik,
lelah, dingin, dan pikiran takut. bahkan kami sempat saling meminjamkan HP untuk mengabari orang tua, maklumlah sudah berhari-hari anak mereka tak ada kabar.
Suasana pagi di Plawangan Senaru begitu indah, seperti diatas
awan, gugus awan kian berlari menyerbu tenda kami. ahhh walaupun semalaman tidur dalam ketakutan karena angin yang seolah ingin merobohkan tenda, tergantikan dengan pemandangan pagi yang berbeda dari pagi-pagi lainnya.
plawangan senaru.. |
Pukul 10.00 tepat kami memulai perjalanan lagi, kali ini kita akan
melewati Hutan Tropis yang tak ada habisnya. Disinilah kakiku mulai memperlihatkan
tingkahnya. Kaki ini mulai terasa sakit mungkin karena jalan menurun sehingga
dia harus menahan beban yang lebih banyak.
Perjalanan ke Senaru melewati 3 pos dan 1 pos
ekstra. Kami memilih memberhetikan langkah di Pos 2, yang kata banyak
orang disini banyak hantunya karena terdapat kuburan yang jarang sekali orang
tau itu kuburan siapa. sesampainya disana, reno, tian, mardy, pergi mengambil
air, setelah menunggu hampi sejam, mereka kembali tanpa hasil. benar kata
orang, Senaru itu tidak ada air walaupun Hutannya lebat. seketika kami ingin langsung melanjutkan perjalanan tapi beberapa dari kami sudah kelaparan, jadi dengan persedian
makanan kamipun memasak air lagi, kali ini masih edisi air danau dan super
bubur yang super eneg. mau tidak mau suka tidak suka kami harus tetap
mengisi perut karena perjalanan masih sekitar 2 jam lagi.
dan
sekali lagi, aku sangat bersyukur karena walaupun dalam kondisi kelaparan,
kehausan dan kelelahan kami masih bisa tertawa layaknya orang yang sedang
bahagia . Semesta terlalu baik kepada kami,.
setelah makan, kami melanjutkan perjalanan dengan berbekal air
minum yang sangat sedikit, untunglah bisa saling mengerti dan disini
tidak ada yang egois, jadi minum jika sangat haus saja, demi menghemat air.
langkah
mereka sangat cepat atau aku yang telalu lambat berjalan, secepat apapun aku
mengikuti langkah mereka, tetap saja aku selalu tertinggal, dan sekali lagi
Ricard selalu berusaha mengikuti langkahku, dengan sabar dia berjalan
dibelakang, sekalipun aku berjalan terlalu pelan dia tetap mengikutiku, dan yah di part
ini aku selalu saja terjatuh. untunglah tidak ada insiden terkelir atau apalah
itu.
Setelah
berjalan sejam akhirnya pos 1 terlihat, disini kami bertemu seorang bapak, dan
ternyata dia seorang Porter, dia menceritkan bahwa dia 2 kali seminggu naik
rinjani, bahkan dia sudah pernah mendaki disemua gunung yang ada disekitaran
rinjani, mungkin inilah yang bisa disebut Kuncen Rinajni. Tidak sabar mencapai
Pintu Sanaru kami pun melanjutkan perjalanan sekitar 1 km lagi. Dan akhirnyaaa
sampai juga. Disini ada sebuah warung, jadi kami mampir sebentar membeli air
minum yang harganya cukup mahal.
akhirnya sampai juga di Taman Nasional Gunung Rinaji, Pintu Senaru |
Bahagia
sudah sampai, ternyata hanya ilusi, Pick up pak zaenal yang menunggu kami itu
letaknya masih jauh, jadi RTC Senaru sekitar setengah jam lagi. Dengan sisa
– sisa tenang ku langkahkan kaki ini menuju akhir yang sesungguhnya.
Setelah
sampai, kami mampir membeli kenang-kenangan berupa gantungan kunci, stiker, dan
pin Gunung Rinjani yang terletak masih di desa Senaru. Pukul 18.00 Pick Up yang membawa kami melaju kembali ke Desa sembalun, mungkin karena badan sudah sangat lelah dan angin yang begitu dingin membuat kondisi badan memburuk. sesampainya di RTC Sembalun, beberapa dari kami muntah. untunglah kondisiku yang juga sedikit pusing masih bisa diajak bernego sehingga tidak sampai jatuh sakit.
perjalanan ternyata belum selesai, karena tujuan paling akhir adalah kembali ke Denpasar. setelah beristirahat sebentar dan berganti baju, kami melaju dengan sepeda motor ke Pelabuhan Lembar, setelah sempat mencari makan.
dan ajaibnya, di atas kapal Very, di tengah kelelahan begitu hebat, kami masih sempat bermain kartu domino untuk menghilangkan kejenuhan, disaat seperti inipun kita masih bisa selalu tertawa. pukul 06.00 saaat matahari dengan lantang memperlihatkan wujudnya kamipun sampai di Pelabuhan Padang Bai dengan sejuta cerita yang tak akan pernah habis.
bukan kemana, tapi dengan siapa kamu akan berjalan itulah yang paling penting dari sebuah perjalanan jauh. |
Terimakasih Tuhan untuk keajaiban dan keindahan yang Kau buat melalui Rinjani, Terimakasih sahabat-sahabat perjalananku (zipo, ricard, reno, tian, mardy) untuk semua kehangatannya, untuk mbak jipo kita emang cewek kuat terbukti bisa menaklukan rinjani, untuk cakmar yang selalu membuatku tertawa dengan hanya melihat ekspresinya, untuk monang sudah ngajak aku kesini, untuk gus reno lelucon dan tingkahmu yang selalu membuat aku ngakak bungker, untuk ricard porter sejati dan bisa dibilang leader dari perjalanan ini. terimakasih untuk perjalanan panjang yang tak akan terlupakan, dan perlajaran berharaga bahwa jika kita ingin mencapai sesuatu dibutuhkan asa yang tak pernah putus, dan langkah tak pernah berhenti. sampai jumpa di perjalanan selanjutnya!
terimakasih semesta sudah menjadikan semuanya indah.
terimakasih semesta sudah menjadikan semuanya indah.
Gunung Rinjani, 13-18 Oktober 2014......
katanya kalau sampai lewat seminggu, SAR bakal nyari kami, berlabelkan "Rombongan Bali yang Hilang di Gunung Rinjani"
katanya kalau sampai lewat seminggu, SAR bakal nyari kami, berlabelkan "Rombongan Bali yang Hilang di Gunung Rinjani"
0 comments:
Post a Comment