sebuah perjalanan menuju tingginya "Gunung Rinjani"



Tentang sebuah perjalanan panjang bersama orang-orang luar biasa demi meraih satu tujuan : puncak rinjani.
memulai perjalanan dengan sepatu yg masih bersih



Minggu pagi tak pernah semengebu-gebu ini.  Memulai langkah menuju pelabuhan padang bai dengan sebuah tujuan yang begutu jauh. Dengan modal Rp.125.000 kita sudah bisa menyebrang menggunakan sepeda motor ke Pulau Lombok. Pukul 18.15 kami tiba di Lombok dengan berbekal pengetahuan sekedarnya.

Awalnya kami ingin berbelanja di pasar Aikmal tapi karena sudah malam jadi kami takut pasarnya sudah tutup, jadi pilihan akhirnya adalah Mall, setelah bertanya dengan warga sekitar kami tiba di Hypermart yang  tujuannya untuk membeli bahan-bahan makanan kelompok yang akan kami pakai selama di gunung nanti.  Setelah berbelanja, kami akhirnya melakukan packing ulang karena ternyata masih banyak barang yang belum masuk tas, salah satunya air mineral. 

Di emperan toko kamipun melakukan packingan ulang, sesaat menjadi pusat perhatian beberapa orang yang hendak melintasi. Akhirnya salah satu bapak menghampiri “mau naik gunung yah dek?” ucapnya penuh tanya. “iya pakk” balas kami dengan semangat. Percakapan singkat terjadi dengan bapak itu, dia menceritakan kalau dia juga sering naik gunung.  Setelah beberapa saat bapak itu berlalu dengan menitipkan semangat , senyum hangatnya seolah mengisyarakan kasian atau justru bangga  terlebih setelah mendengar kami menggunakan sepeda motor dari Bali. Setelah melakukan packing ulang, kami bergegas mencari makan disekitaran mall tersebut, lalapan depan Hypermartpun menjadi pilihannya. Makanan itupun habis saking laparnya. setelah mengisi tenaga, kami melanjutkan perjalanan ke Desa Sembalun.


packingpun selesaaaaiiiiiiiiiiiiiiiiiii...........


Kami mengambil jalur selatan, karena kata beberapa orang jalur selatan lebih menghemat waktu sampai 2 jam namun sedikit berbahaya.  Tapi yang terjadi malah kami dijalan sudah memakan waktu sampai 4 jam, melintasi pantai  begitu panjang dengan jalan yang begitu sepi, hanya terdengar bunyi 3 motor melaju diatas rata-rata,  waktu sudah menunjukan pukul  23.30 sehingga membuat kami harus menepikan motor di salah satu emperan bengkel terdekat. Terlebih bensin motor sudah mulai sekarat. 

Menunggu pagi supaya bisa bertanya, itulah yang akan kami lakukan. Berusaha untuk terlelap dengan beralaskan matras seadanya. namun seketika kami terbangun bersamaan saat suara motor berhenti tepat dihadapan kami. Ternyata pemilik bengkelnya baru pulang, untunglah dia sangat ramah menyuruh melanjutkan tidur bahkan memberikan kami selimut, tikar dan bantal seadaanya. 

Sinar matahari sudah mulai menerangi bumi, kamipun bergegas untuk segera melanjutkan perjalanan sebelum warga sekitar melihat tingkah laku kami. Ternyata kami tidak tersesat, Desa Sembalun itu  masih sejauh 7km. Perjalananpun dimulai kembali menuju Desa Sembalun.

Memasuki desa sembalun suasana berubah menjadi sejuk dan dingin, gunung rinjani berdiri dengan kokohnya.  yah, desa ini tepat berada di bawah kaki gunung rinajni. Setelah sampai di RTC atau pos pendaftaran, salah seorang kawan kami melakukan registrasi dengan hanya membayar Rp.5000/hari kita sudah bisa  mendapatkan tiket masuk yang bisa digantung di carrier dan beberapa kresek sampah. 

kemudian kami melanjutkan perjalanan lagi dengan menggunakan Pick Up pak zainal, cukup membayar Rp.100.000 kita bisa diantar ke depan pintu gerbang taman nasional gunung rinjani, namun apa daya jalan menuju kesana cukup rusak sehingga pick up yang ditumpangi terpaksa harus menurunkan kami di tengah jalan, katanya sih cuman jalan 15 menit tapi malah sampai 45 menit.

pemadangan menuju pintu gerbang taman nasional gn. rinjani

Cuaca terik mulai mengawal langkah, rasanya pundak terasa nyeri skali karena belum terbiasa membawa carrier seberat itu. jadilah sewaktu sampai di pintu gerbang, badan dan perutku ku terasa panas . sebelum melanjutkan perjalanan, kami mengistirahatkan tubuh sejenak untuk menyantap makanan yang kami beli di Desa Sembalun tadi. “ini terakhir kali kita makan enak guys” ucap salah seorang teman  yang diikuti dengan suara tawa keras kami.

Perjalanan di mulai, di depan mata sudah terpampang jelas betapa indahnya rinjani itu. aku mempersiapkan mental utnuk menghadapi jalan yang kami lalui, jalan yang tidak mulus, jalan yang akan begitu menguras tenaga. dan sekali lagi kuyakinkan diriku sendiri, bahwa aku pasti bisa.

perjalanan berkilo-kilo meter dimulai dengan satu langkah.

Perjalanan ke pos 1 normalnya ditempuh 2,5 jam saja, tapi karena kami sering sekali istirahat terlebih yang menjadi pemandangan ditrek ini adalah padang savana kering, waktu yang kami tempuhpun hampir mencapai 5 jam lebih, bagaimana tidak setiap melintasi pohon pasti kami selalu berhenti untuk meneduhkan kepala, kemudian menyempatkan untuk sekedar bercanda dan menertawakan apa saja.

padang savana kering bisa mengeringkan segalanya.
selelah-lelahnya perjalanan, tongkat sihir masih berguna.
Pukul 14.00 sebuah gubuk tua yang terbuat dari besi mulai terlihat,yah kami tiba di Pos 1, setelah melewati jalan yang cukup jauh, kering, dan panas matahari yang sangat menyengat. 
inilah tampang setelah melewati savana kering

Disini kami bertemu lagi dengan mbak Suci dan mas Ferdi, teman yang kami jumpai diperjalanan ke Pos 1, mereka sangat ramah menawarkan untuk mendaki bersama tapi karena langkah yang terlalu santai, irama langkah kami dengan mereka pun tak bisa berjalan seiring. Akhirnya mereka pamit untuk berjalan dahulu ke Pos 2, sedangkan kami masih asik dengan teduhnya Pos 1,  sambil beberapa kali mengambil foto. Setelah merasa tenang sudah kembali pulih, kami memulai perjalanan ke Pos 2, jaraknya cukup dekat bisa ditempuh dengan satu jam. Pos 2pun  bisa terlihat dari Pos 1 tapi begitu dijalani, ternyata jaraknya sangat jauh, diperjalanan ini matahari seolah mengeluarkan sengatannya, panas sekali. 

dan kami masih disini, pos 1
Akhirnya kami tiba di Pos 2 setelah berjalan  1 jam lebih, disini kami makan siang dengan menu super bubur atau mie instan,  yaa hanya untuk mengganjal perut. Di pos 2 ini  terdapat sumber mata air, jadi sebisa mungkin aku memanfaatkannya untuk menggosok gigi dan cuci muka. Di pos 2 kamipun bergerak dengan santainya, bahkan ricard masih sempat tertidur saking ngantuknya. 
ini pemandangan menuju pos 2, masih kering sekering tenggorokan kami
pelan-pelan aja, nanti juga sampai
 

jembatan di pos 2


Pukul 18.00 lebih  mengantar kami melangkahkan kaki lagi. Senjanya langit menjadi pemandangan yang begitu indah diperjalanan ke pos 3, dipadukan dengan pemandangan padang savana dan puncak rinjani yang semakin dekat membuatku sangat bersyukur bisa melihat pemandangan itu. suara anginpun menjadi musik alam yang semakin meneduhkan suasana. ah mungkin Tuhan sedang jatuh cinta saat menciptakan Rinjani.

senja disini, sangat indah :)

Perjalanan ke pos 3 cukup jauh, tanjakannya sudah mulai terasa. Ketika langit berubah menjadi gelap, pos 3 ternyata masih belum terlihat, tapi kami tetap berjalan. Dengan berbekal cahaya kecil dari headlamp tak menyurutkan semangat kami. 

Langkah terhenti di Pos Ekstra karena perut kami sudah kelaparan terlebih malam semakin gelap menyelimuti bumi. Disini kami mendirikan tenda, memasak nasi dan sarden.

Pagi hari menjadi pemandangan yang begitu menyegarkan mata, matahari pagi  begitu hangat kembali mengawal langkah  menuju Plawangan Sembalun dan ternyata Pos 3 cukup dekat dengan tempat kami mendirikan tenda. 

pemadangan menuju Plawangan Sembalun, cerah sekali pagi itu.


Sebelum mencapai Plawangan, kita akan melewati Bukit Penyiksaan yang  terdiri 7 bukit yang cukup tinggi, mendengar namanya saja sudah mengerikan apalagi menjalaninya, tapi itu tidak membuat kami menyerah. Langkah demi langkah membawa kami dari bukit satu ke bukit lainnya. Disini tenaga benar-benar terkuras, diperparah dengan persedian air kami yang kian menipis, tapi Tuhan masih menyayangi kami, sisa – sisa tenaga mengatar kami sampai ke Plawangan dan yang pasti dengan sangat kehausan. 

bukit peyiksaan, sesuai namanya benar-benar menyiksa.

ditengah jalan, kita akan bertemu dengan mereka, yah mereka adalah porter, si pembawa barang

"Pelan-pelan saja nanti juga sampai"itulah kalimat yang sering sekali terdengar. ketika nafas sudah tak beraturan, dan kaki sudah sangat berat untuk melangkah. oh iya, disini kita akan bertemu banyak orang, dan paling banyak Turis asing, duh tenaga mereka memang luar biasa!

setealah berjuang melewati tanjakan penyesalan, pucuk dari bukit terakhirpun terlihat dan akhirnyaa Plawangan kami datang.


akhirnyaaaaa, Plawangan Sembalun, seperti sampai ke puncak, lelahnya luar biasa,

Dan ternyata itu masih di Plawangan awal, tempat untuk ngecamp itu di Plawangan akhir dan kita masih harus jalan kaki sekitar setengah jam. 
sebelum melanjutkan perjalanan, mardy ngisi tenaga dalam dulu, katanya supaya kuat tanjakan lagi, haha
Dan akhirnya, kami sampai, tepat setelah matahari menenggelamkan dirinya. 
sunset di plawangan,

Kami disambut dengan sapaan seorang pria yang ternyata Bang Santo, seorang pendaki yang kami temui di Pos 2, dengan baik hati dia menawarkan kami teh jahe panas dan tanpa malu kami langsung meminumnya secara bergantian. Setelah meminum teh kamipun berbagi tugas, ricard dan reno bergegas pergi mengambil air ke sumber mata air.  Air di Plawangan itu segar sekali. Sedangkan yang lain mendirikan tenda. Setelah makan malam,  bercerita dan mengejek satu dengan yang lainnya kami langsung beristirhat mengumpulkan tenaga untuk melakukan pendakian ke Puncak Dewi Anjani.


Summit Attack.

Pukul 01.00 dini hari, ricard membangunkan kami untuk prepare diri dan barang-barang yang akan dibawah. Tepat 01.30 perjalanan menuju puncak dimulai. Kami sengaja mencuri star dari pendaki lain karena sadar diri kecepatan dan kekuatan kami tak sebesar mereka. Dengan berbekal daypack yang berisi headlamp, air minum, sedikit snack dan tentu saja seuntai doa mengawali langkah malam itu. rinjani tunggu kami!
Perjalanan ini cukup jauh karena ketinggian Plawangan Sembalun saja sekitar 2700m, jadi masih ada sekitar 1km vertikal menuju puncak. Tak apa “pelan-pelan saja yang penting sampai” itulah prinsip yang selau kami terapkan selama berjalan menuju puncak. Di Rinjani banyak sekali puncak bayangan yang tentu siap menjatuhkan mentalmu. Kau pikir itu sudah puncak, setelah sampai ternyata masih ada puncak lain, begitu seterusnya. Dan yang paling menyulitkan langkah karena treknya berupa pasir. Pasir sampai akhir.

jangan menyerah, karena puncak tak akan kemana, lanjut atau turun kembali, pilihannya ditanganmu



sunrise di punggung rinjani,

Namun, diperjalanan 2 orang kawan kami memutuskan untuk tidak meneruskan langkahnya dan berbalik untuk segera turun, padahal saat itu kami sudah diketinggian 3300mdpl, sisa 426mdpl lagi.  Menuju puncak memang sering sekali membuat orang ingin menyerah karena kondisinya maju 2 langkah mundur 1 langkah, angin kencang dari arah depan seolah ingin mendorongmu, dan cuaca dingin yang sangat menusuk kulit.
pasir dan bebatuan menghiasi perjalanan ke puncak anjani
Untunglah, ada sosok yang sangat sabar mau menuntun langkahku dengan tetap menarik tanganku sampai ke puncak. Ricard pendakian kali ini kamu adalah pahlawanku. di tengah jalanpun aku hampir menangis karena sudah tak kuat bahkan sekedar mengangkat kaki untuk melangkahpun aku sudah tak mampu. Teriamakasih mengantarku ke puncak dewi anjani dan  percayalah  Tanpamu dan izin Tuhan aku tak akan sekuat itu.
 
 
2 menit menuju puncak


Pukul 09.00 tepat kami  menginjakan kaki di puncak rinjani, 3726mdpl.  Gunung Berapi kedua tertinggi sekaligus gunung tercantik di Indonesia, kata banyak pendaki.  Rasa lelah hilang terbawa angin ketika melihat pemadangan dari atas sana, rasanya ingin menangis haru tapi malu, hahaha kami adalah pendaki paling akhir, padahal tadi udah nyolong star, terbukti kan  dugaan kami :p
akhirnyaaaaaa, perjuangan tanpa henti terbayar dengan pemandangan dari atas sini :')
Sambari menunggu kawan kami mardy dan zipo kami masih asik menikmati pemadangan diatas sana, kemudian mereka berdua menampakan wujudnya, ternyata mereka juga hampir menyerah terlebih mardy jatuh sakit lantaran masuk angin di tengah jalan tadi.
Kami berempat saling berpelukan dan mengambil beberapa foto. Puncak rinjani pagi itu sepi, yang tersisa hanya kami berempat, semua orang sudah turun karena semakin siang suhu diatas sana panas sekali.

Dari atas sini, aku seperti butiran air ditengah laut, sangat kecil tak sebanding dengan ciptaan Tuhan yang begitu megah ini.
terimakasih kakiku, tetap kuat hingga mampu membawaku ke pijakan tertinggi salama aku hidup,

Setelah puas mengambil gambar, kami memutuskan untuk turun. dan masalah bertambah karena mardy benar-benar drop, dia muntah dan pusing .  dengan sedikit bujukan dan paksaan kami memutuskan untuk tetap  turun, untunglah treknya pasir jadi bisa menggunakan trik sky di pasir.  Setelah beberapa kali beristirahat bahkan kami sempat tertidur dibawah batu kamipun sampai kembali ke Plawangan. 
ketika beristirahat saat turun dari puncak, roti gandum yang super enak!
perjalanan menuju plawangan,

Rencana berubah yang awalnya hari itu kami akan langsung turun ke danau, malah memutuskan untuk melakukan camping satu malam lagi di Plawangan, karena kondisi mardy yang masih belum baik. dan kami kesorean sampai di Plawangan. Malam itu Plawangan lebih dingin dari malam sebelumnya bahkan terjadi badai saat subuh dini hari.
sudah terlalu lelah tidur di tenda, jadi renonya pindah kesini, yah skalian menjemur katanya

Dingin Plawangan membangunkan kami untuk segera berbegas melanjukan perjalanan  ke danau segara  anak. batu-batu terjal menjadi teman perjalanan ke danau, kita harus menuruni jalan cukup curam sebelum mendapati jalan yang sedikit landai.
pemadangan Plawangan sebelum menuju ke danau



setiap langkah di tempat ini, selalu berarti.

adek lelah banggg

Di tengah jalan alias ditengah hutan, kami beristirahat dan makan siang untuk mengisi tenaga kembali.  
makanannya tetap enak sekalipun hanya mie instan.
maklumlah adek sudah lelah, jadi beginilah gayanya bang.

 

Perjalanan ke danau begitu indah,  mata disuguhkan dengan pemadangan hijaunya rumput-rumput. Dengan semangat kami mempercepat langkah agar tidak terkena malam di jalan lagi. Pukul 18.00 tepat kami sampai di danau segara anak, sudah  hampir gelap, mataharipun sudah tidak terlihat lagi. 




hati-hati dek, nanti jatuh loh..
yang lain pada foto, aku mah cukup foto kaki aja

pemandangan sebelum danau, hijau sekali.
awanpun mulai menutupi jalan kami.

Seperti biasa kami membagi tugas, ricard dan reno adalah spesial mengambil air. Mardy memancing ikan untuk makan malam, sedangkan aku, zipo dan tian mendirikan tenda. Danau segara anak tidak sedingin Plawangan, anginnya pun begitu teratur. 

selamat datang, di danau segara anak


“Malam ini kita makan besar” ucap ricard. Yah benar skali malam itu kami  makan besar dan tentu saja enak. Kami makan soup, telur asin, sarden dan sayur pecel. Tapi sebenarnya makanan apapun jika dimakan di gunung itu pasti enak. 
di gunung makan apapun itu enak,
sekalipun nasihnya lembek kaya bubur :'), btw yg kuning itu mangkuk super bubur.

Setelah makan, kami berembuk menentukan akan pulang lewat mana, kembali ke Sembalun atau lewat Senaru. Setelah berdiskusi panjang lebar bertanya kesana kemari, kami akhirnya tetap pulang melalui Senaru dengan pertimbangan yang cukup matang.
sebelum pagi, setelah sore, danau segara anak di malam hari.

Sinar matahari mulai menerangi danau, embun yang jatuhpun menambah kesejukan tempat itu. suasana pagi yang tidak bisa kau dapatkan di mananpun. Dingin dan meneduhkan sekali. 
danau segera anak di pagi hari, gunung di depan itu namanya gunung baru jari.
berasa bukan di Indonesia, saking indahnya..

Kami dikagetkan dengan kedatangan Tian membawa banyak sekali ikan, yah setelah semalaman mancing ternyata mardy tidak mendapatkan ikan satupun, dan kami sangat tertolong dengan ikan pemberian salah seorang bapak yang juga ngecamp di danau pagi itu.

disini ikannya besar-besar, yah kalau mujur sih, (foto ini pencitraan abis hahhaa)
Akhirnya sarapan kami ikan bakar. Dramapun terjadi, kami kehabisan beras. Tapi Tuhan masih selalu menolong dengan keahlian PDKT-nya tian, dia berhasil mendapatkan sekantong beras dari  tetangga camp sebelah,  mereka baik sekali bahkan mereka meminjamkan kompornya karena keadaan kompor kami yang saat itu tidak mau menyala.
Setelah makan siang dengan versi “mengibung” kami bergerak menuju permandian air panas, yah sekitar setengah jam  kita akan menjumpai permandia air panas. Kami tidak jadi berendam air panas, karena permandiannya dipenuhi oleh turis asing. Jadi  hanya berendam kaki saja. Setelah puas, kami beranjak ke sumber mata air, karena diperjalanan pulang melalui senaru tidak ada sumber mata air jadi harus membawa air sebanyak mungkin kalau tidak mau mati kehausan.
pemandangan di tengah jalan menuju sumber mata air.

permandian air panas danau segara anak, yang mandi mah bule2 doang


Sesudah mengambil air dengan antrian yang sangat panjang dan sengatan matahari siang bolong kami bergegas kembali ke danau. Sesampai di camp, ternyata kami kelaparan dan persedian kami benar-benar sudah habis yang tersisa hanya beberapa mie instan dan super bubur yang bagi kami itu sudah eneg.  Dan sekali lagi Tuhan menolong kami melalui orang lain, seorang Porter memberikan kami nasi dan tempe sambelnya, wah seperti melihat air di padang gurun. Padahal kata orang-orang porter rinjani itu naka-nakall ternyata mereka baik-baik kok atau mungkin kelewat kasian yah? hahaa


menuggu makan siang yang tak kunjung data

sesaat sebelum meninggalkan segara anak

Akhirnya kami berangkat menuju Senaru. perjalanan yang  harus mendaki terlebih dahulu, yah mungkin cuman di Rinjani jalan pulangnya harus mendaki lagi. pukul 16.00 kami melangkahkan kaki menyusuri pinggir danau, dan insiden tersesatpun terjadi, jalan naik ke Plawangan Senaru kelewatan, setelah bertanya kepada seorang Porter yang nge-camp disana, dia malah menyuruh kami untuk ngecamp semalam lagi, karena dia takut kami tersesat terlebih jalan ke sanaru itu bercabang dan hari sudah hampir gelap. Tapi kami tetap harus melanjutkan perjalanan itu, dengan berbekal doa dan keyakinan perjalanan itu terus berlanjut. Tanjakannya begitu memilukan, seperti naik ke gunung agung, terjal dan tinggi.

"nanti juga kalau kehausan, air danaunya di minum kok, percaya deh" omongan ricard setelah mengambil air danau
sejauh kaki melangkah meninggalkan danau segara anak

Setelah kurang lebih 4,5 jam kami akhirnya sampai di Plawangan Senaru. Disini hampir sama  dengan Plawangan Sembalun, seperti punggung gunung, landai tapi anginnya lebih kencang bahkan tenda kami hampir roboh saking kencangnya. Bintang di tempat ini juga terlihat sangat banyak. Memutuskan untuk ngecamp semalam lagii, dengan air terbatas, kami tetap memilih untuk memasak menggunakan air danau yang sempat diambil ricard. “airnya bau belerang, ya  paling pusing dikit besok” canda reno diikuti tawa kami semua.
Kelelahan memuncak malam itu tapi aku sungguh bersyukur mempunyai mereka, yah tetap bisa tertawa disaat kondisi kami yang tidak begitu baik, lelah, dingin, dan pikiran takut. bahkan kami sempat saling meminjamkan HP untuk mengabari orang tua, maklumlah sudah berhari-hari anak mereka tak ada kabar.
Suasana pagi di Plawangan Senaru begitu indah, seperti diatas awan, gugus awan kian berlari menyerbu tenda kami. ahhh walaupun semalaman tidur dalam ketakutan karena angin yang seolah ingin merobohkan tenda, tergantikan dengan pemandangan pagi yang berbeda dari pagi-pagi lainnya.
plawangan senaru..


Pukul 10.00 tepat kami memulai perjalanan lagi, kali ini kita akan melewati Hutan Tropis yang tak ada habisnya. Disinilah kakiku mulai memperlihatkan tingkahnya. Kaki ini mulai terasa sakit mungkin karena jalan menurun sehingga dia harus menahan beban yang lebih banyak.
Perjalanan ke Senaru melewati 3 pos dan 1 pos ekstra. Kami memilih memberhetikan langkah di Pos 2, yang  kata banyak orang disini banyak hantunya karena terdapat kuburan yang jarang sekali orang tau itu kuburan siapa. sesampainya disana, reno, tian, mardy, pergi mengambil air, setelah menunggu hampi sejam, mereka kembali tanpa hasil. benar kata orang, Senaru itu tidak ada air walaupun Hutannya lebat.  seketika kami ingin langsung melanjutkan perjalanan tapi beberapa dari kami sudah kelaparan, jadi dengan persedian makanan kamipun memasak air lagi, kali ini masih edisi air danau dan super bubur yang super eneg. mau tidak mau suka tidak suka kami harus tetap mengisi perut karena perjalanan masih sekitar 2 jam lagi.
 dan sekali lagi, aku sangat bersyukur karena walaupun  dalam kondisi kelaparan, kehausan dan kelelahan kami masih bisa tertawa layaknya orang yang sedang bahagia . Semesta terlalu baik kepada kami,.

setelah makan, kami melanjutkan perjalanan dengan berbekal air minum  yang sangat sedikit, untunglah bisa saling mengerti dan disini tidak ada yang egois,  jadi minum jika sangat haus saja, demi menghemat air.
langkah mereka sangat cepat atau aku yang telalu lambat berjalan, secepat apapun aku mengikuti langkah mereka, tetap saja aku selalu tertinggal, dan sekali lagi Ricard selalu berusaha mengikuti langkahku, dengan sabar dia berjalan dibelakang, sekalipun aku berjalan terlalu pelan dia tetap mengikutiku, dan yah di part ini aku selalu saja  terjatuh. untunglah tidak ada insiden terkelir atau apalah itu.

Setelah berjalan sejam akhirnya pos 1 terlihat, disini kami bertemu seorang bapak, dan ternyata dia seorang Porter, dia menceritkan bahwa dia 2 kali seminggu  naik rinjani, bahkan dia sudah pernah mendaki disemua gunung yang ada disekitaran rinjani, mungkin inilah yang bisa disebut Kuncen Rinajni. Tidak sabar mencapai Pintu Sanaru kami pun melanjutkan perjalanan sekitar 1 km lagi. Dan akhirnyaaa sampai juga. Disini ada sebuah warung, jadi kami mampir sebentar membeli air minum yang harganya cukup mahal.
akhirnya sampai juga di Taman Nasional Gunung Rinaji, Pintu Senaru

Bahagia sudah sampai, ternyata hanya ilusi, Pick up pak zaenal yang menunggu kami itu letaknya masih jauh, jadi RTC Senaru sekitar setengah jam lagi. Dengan sisa – sisa tenang ku langkahkan kaki ini menuju akhir yang sesungguhnya. 
Setelah sampai, kami mampir membeli kenang-kenangan berupa gantungan kunci, stiker, dan pin Gunung Rinjani yang terletak masih di desa Senaru.  Pukul 18.00 Pick Up yang membawa kami melaju kembali ke Desa sembalun, mungkin karena badan sudah sangat lelah dan angin yang begitu dingin membuat kondisi badan memburuk. sesampainya di RTC Sembalun, beberapa dari kami muntah. untunglah kondisiku yang juga sedikit pusing masih bisa diajak bernego sehingga tidak sampai jatuh sakit.
perjalanan ternyata belum selesai, karena tujuan paling akhir adalah kembali ke Denpasar. setelah beristirahat sebentar dan berganti baju, kami melaju dengan sepeda motor ke Pelabuhan Lembar, setelah sempat mencari makan. 
dan ajaibnya, di atas kapal Very, di tengah kelelahan begitu hebat, kami masih sempat bermain kartu domino untuk menghilangkan kejenuhan, disaat seperti inipun kita masih bisa selalu tertawa. pukul 06.00 saaat matahari dengan lantang memperlihatkan wujudnya kamipun sampai di Pelabuhan Padang Bai dengan sejuta cerita yang tak akan pernah habis.


bukan kemana, tapi dengan siapa kamu akan berjalan itulah yang paling penting dari sebuah perjalanan jauh.


Terimakasih Tuhan untuk keajaiban dan keindahan yang Kau buat melalui Rinjani, Terimakasih  sahabat-sahabat perjalananku (zipo, ricard, reno, tian, mardy) untuk semua kehangatannya, untuk mbak jipo kita emang cewek kuat terbukti bisa menaklukan rinjani, untuk cakmar yang selalu membuatku tertawa dengan hanya melihat ekspresinya, untuk monang sudah ngajak aku kesini, untuk gus reno lelucon dan tingkahmu yang selalu membuat aku ngakak bungker, untuk ricard porter sejati dan bisa dibilang leader dari perjalanan ini.  terimakasih untuk perjalanan panjang yang tak akan terlupakan, dan perlajaran berharaga bahwa jika kita ingin mencapai sesuatu dibutuhkan asa yang tak pernah putus, dan langkah tak pernah berhenti. sampai jumpa di perjalanan selanjutnya!
terimakasih semesta sudah menjadikan semuanya indah.
Gunung Rinjani, 13-18 Oktober 2014......
katanya kalau sampai lewat seminggu,  SAR bakal nyari kami, berlabelkan "Rombongan Bali yang Hilang di Gunung Rinjani"

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment