memulai perjalanan dengan sepatu yg masih bersih |
packingpun selesaaaaiiiiiiiiiiiiiiiiiii........... |
pemadangan menuju pintu gerbang taman nasional gn. rinjani |
perjalanan berkilo-kilo meter dimulai dengan satu langkah. |
padang savana kering bisa mengeringkan segalanya. |
inilah tampang setelah melewati savana kering |
dan kami masih disini, pos 1 |
ini pemandangan menuju pos 2, masih kering sekering tenggorokan kami |
pelan-pelan aja, nanti juga sampai |
jembatan di pos 2 |
senja disini, sangat indah :) |
pemadangan menuju Plawangan Sembalun, cerah sekali pagi itu. |
bukit peyiksaan, sesuai namanya benar-benar menyiksa. |
ditengah jalan, kita akan bertemu dengan mereka, yah mereka adalah porter, si pembawa barang |
setealah berjuang melewati tanjakan penyesalan, pucuk dari bukit terakhirpun terlihat dan akhirnyaa Plawangan kami datang.
sebelum melanjutkan perjalanan, mardy ngisi tenaga dalam dulu, katanya supaya kuat tanjakan lagi, haha |
sunset di plawangan, |
jangan menyerah, karena puncak tak akan kemana, lanjut atau turun kembali, pilihannya ditanganmu |
sunrise di punggung rinjani, |
akhirnyaaaaaa, perjuangan tanpa henti terbayar dengan pemandangan dari atas sini :') |
Dari atas sini, aku seperti butiran air ditengah laut, sangat kecil tak sebanding dengan ciptaan Tuhan yang begitu megah ini.
terimakasih kakiku, tetap kuat hingga mampu membawaku ke pijakan tertinggi salama aku hidup, |
ketika beristirahat saat turun dari puncak, roti gandum yang super enak! |
pemadangan Plawangan sebelum menuju ke danau |
adek lelah banggg |
makanannya tetap enak sekalipun hanya mie instan. |
maklumlah adek sudah lelah, jadi beginilah gayanya bang. |
Perjalanan ke danau begitu indah, mata disuguhkan dengan pemadangan hijaunya rumput-rumput. Dengan semangat kami mempercepat langkah agar tidak terkena malam di jalan lagi. Pukul 18.00 tepat kami sampai di danau segara anak, sudah hampir gelap, mataharipun sudah tidak terlihat lagi.
hati-hati dek, nanti jatuh loh.. |
yang lain pada foto, aku mah cukup foto kaki aja |
pemandangan sebelum danau, hijau sekali. |
awanpun mulai menutupi jalan kami. |
Seperti biasa kami membagi tugas, ricard dan reno adalah spesial mengambil air. Mardy memancing ikan untuk makan malam, sedangkan aku, zipo dan tian mendirikan tenda. Danau segara anak tidak sedingin Plawangan, anginnya pun begitu teratur.
selamat datang, di danau segara anak |
di gunung makan apapun itu enak,
sekalipun nasihnya lembek kaya bubur :'), btw yg kuning itu mangkuk super bubur. |
Setelah makan, kami berembuk menentukan akan pulang lewat mana, kembali ke Sembalun atau lewat Senaru. Setelah berdiskusi panjang lebar bertanya kesana kemari, kami akhirnya tetap pulang melalui Senaru dengan pertimbangan yang cukup matang.
sebelum pagi, setelah sore, danau segara anak di malam hari. |
danau segera anak di pagi hari, gunung di depan itu namanya gunung baru jari. |
berasa bukan di Indonesia, saking indahnya.. |
disini ikannya besar-besar, yah kalau mujur sih, (foto ini pencitraan abis hahhaa) |
pemandangan di tengah jalan menuju sumber mata air. |
permandian air panas danau segara anak, yang mandi mah bule2 doang |
Sesudah mengambil air dengan antrian yang sangat panjang dan sengatan matahari siang bolong kami bergegas kembali ke danau. Sesampai di camp, ternyata kami kelaparan dan persedian kami benar-benar sudah habis yang tersisa hanya beberapa mie instan dan super bubur yang bagi kami itu sudah eneg. Dan sekali lagi Tuhan menolong kami melalui orang lain, seorang Porter memberikan kami nasi dan tempe sambelnya, wah seperti melihat air di padang gurun. Padahal kata orang-orang porter rinjani itu naka-nakall ternyata mereka baik-baik kok atau mungkin kelewat kasian yah? hahaa
menuggu makan siang yang tak kunjung data |
sesaat sebelum meninggalkan segara anak |
Akhirnya kami berangkat menuju Senaru. perjalanan yang harus mendaki terlebih dahulu, yah mungkin cuman di Rinjani jalan pulangnya harus mendaki lagi. pukul 16.00 kami melangkahkan kaki menyusuri pinggir danau, dan insiden tersesatpun terjadi, jalan naik ke Plawangan Senaru kelewatan, setelah bertanya kepada seorang Porter yang nge-camp disana, dia malah menyuruh kami untuk ngecamp semalam lagi, karena dia takut kami tersesat terlebih jalan ke sanaru itu bercabang dan hari sudah hampir gelap. Tapi kami tetap harus melanjutkan perjalanan itu, dengan berbekal doa dan keyakinan perjalanan itu terus berlanjut. Tanjakannya begitu memilukan, seperti naik ke gunung agung, terjal dan tinggi.
"nanti juga kalau kehausan, air danaunya di minum kok, percaya deh" omongan ricard setelah mengambil air danau |
sejauh kaki melangkah meninggalkan danau segara anak |
Setelah kurang lebih 4,5 jam kami akhirnya sampai di Plawangan Senaru. Disini hampir sama dengan Plawangan Sembalun, seperti punggung gunung, landai tapi anginnya lebih kencang bahkan tenda kami hampir roboh saking kencangnya. Bintang di tempat ini juga terlihat sangat banyak. Memutuskan untuk ngecamp semalam lagii, dengan air terbatas, kami tetap memilih untuk memasak menggunakan air danau yang sempat diambil ricard. “airnya bau belerang, ya paling pusing dikit besok” canda reno diikuti tawa kami semua.
plawangan senaru.. |
akhirnya sampai juga di Taman Nasional Gunung Rinaji, Pintu Senaru |
bukan kemana, tapi dengan siapa kamu akan berjalan itulah yang paling penting dari sebuah perjalanan jauh. |
terimakasih semesta sudah menjadikan semuanya indah.
katanya kalau sampai lewat seminggu, SAR bakal nyari kami, berlabelkan "Rombongan Bali yang Hilang di Gunung Rinjani"
0 comments:
Post a Comment