berteman dengan lumpur di pulau sempu

Kereta melaju dengan kecepatan normal. Pemadangan di luar sana, gersang. Hamparan sawah yang belum di panen dan sesekali melewati kehidupan manusia pinggir rel kereta. 
buku, kopi, berpadu menemani perjalanan panjang ini

Sudah 6 jam aku berada di kereta ekonomi menuju kota malang. Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, di mulai dari perjalanan dari denpasar ke negara yang lumayan macet. Kamipun harus menempuh kemacetan luar biasa di pelabuhan gilimanuk karena orang-orang yang sekira kabur dari perayaan Nyepi di Bali. Dengan membayar Rp.8000 kita sudah bisa menyebrang ke palau Jawa. Tentu tanpa kendaraan. Sesampai di Pelabuhan Ketapang, berjalan sekitar 500m, kita sudah bisa bertemu dengan stasiun Banyuwangibaru. 

Hujan gerimis menyambut kedatangan kami di kota malang. Dengan tujuan sebenarnya, pulau sempu yang masih sangat jauh. 

Perjalanan dari kota malang ke pulau sempu, memakan waktu sekitar 2-3 jam menggunakan sepeda motor. Banyak opsi bisa di gunakan ke pantai sendang biru namun karena lebih menghemat dan tidak ribet jadi kami lebih memilih menyewa motor seharga Rp. 40.000/hari. Sesampainya di pantai sendang Biru, kita diribetkan lagi dengan prosedur yang ada, sempat dicerahamin kondisi pulau sempu seperti apa bahkan mereka tidak akan mengizinkan jika tidak memakai Guide. 1 rombongan terdiri dari 10 orang di hargai dengan Rp.100.000.
nyebrang ke pulau sebelah
 
let's go somewhere..
Setelah membeli ikan untuk di bawa ke pulau sempu, kami bergegas merapikan barang dan menaiki perahu yang akan mengantar kami ke sana. Ongkos perahu Rp.150.000/antar-jemput.
Jalur sempu lebih menyeramkan dari yang terdengar dari orang-orang. Bahkan teman kami yang sudah berkali-kali ke pulau sempuh pun mengatakan, jalur sempuh saat itu sangat susah. Karena kami pergi saat musim hujan, jadi pemandangan yang akan terlihat sepanjang jalan adalah lumpur sampai akhir. berani kotor adalah motto yang diterapkan sepanjang perjalanan. Untuk menuju pantai segara anakan kita harus berjalan kurang lebih 2-3 jam, tergantung kecepatan kaki. 
tengah hutan, renos sampe nyeker

Kami mempercepat langkah. Sebelum gelap kami harus sampai di sana.  Karena tidak bisa di bayangakan, gelap-gelapan berada di hutan yang jalurnya berlumpur. Akhirnya, tepat sebelum matahari menenggelamkan sinarnya, kami sampai di pantai segara anakan. 

disambut dengan jejeran tenda warna-warni. Banyak sekali. seketika kami bingung mau mendirikan tenda di mana karena sepintas tak ada terlihat space untuk mendirikan tenda. Jarak tenda satu dengan tenda lainnya begitu berdempetan. Setelah menelusuri sepanjang pantai, untunglah masih ada sedikit tempat untuk bisa mendirikan tenda, walaupun benar-benar pas. 
\
Namun belum mendirikan tenda, kami sudah diberi cobaan. Hujan datang tanpa permisi, membuat kami bergerak lebih cepat mendirikan tenda sebelum kami basah kuyup. Setelah tenda berdiri dengan kokohnya, kami bersiap untuk memasak makanan, wajarlah karena perut kami sudah meronta meminta makan. Dan lagi-lagi,saat kami asik memasak dan membakar ikan yang kami beli tadi, hujan datang lagi tanpa ampun, membuat semua berantakan. Untunglah, kami bisa menyelamatkan beberapa makanan yang sudah masak ke dalam tenda. Sepertinya hujan malam itu sedang ini bermain-main. sebentar hujan, sesaat reda. 

Setelah makan masakan yang alakadarnya dengan posisi berdempet-demetan di dalam satu tenda dengan total 7 orang, kami akhirnya bergantian membersikan diri ke pantai. Karena kami benar-benar kotor, penuh dengan lumpur dan pasir pantai. Camping yang sungguh, ah sudahlah...

“air masuk ke dalam tendaaaaa” teriakan memecah malam yang begitu gaduh karena banyaknya orang. Setelah kami cari tahu, ternyata air laut sedang pasang, jadi tenda yang di pinggir-pinggir pantai itu terkena imbasnya. Syukurlah tenda kami masih aman dari hempasan air laut.

Pagiku dikagetkan dengan rasa kebelet yang  tidak terhankan lagi. Dan masalahnya adalah mau pipis di mana? Semua titik di penuhi manusia, dan sudah terang pula. Akhirnya aku berjalan ke ujung pantai, pikir-pikir disana belum ada orang, tapi ternyata masih ada juga. Dari pada ngompol, ya sudah pakai cara kalau di gunung, pakai sarung deh pipisnya, heheee
spot yg ini, naik dikit, bisa lihat yang beginian..
 
masih pulau sempu,

ini sih reno lagi jemuran abis berenang


Siang hari  pulau sempu benar-benar panas, matahari menyengat tanpa rasa bersalah. Setelah mengambil beberapa foto dan mandi di pantainya, tapi tidak denganku, kurang suka beranang di pantai, lengket dan tambah gerah. Kami akhirnya bergegas untuk kembali pulang. 
personil lengkap di camping ceria pulau sempuh, james, reno, aku, wira, piere, pemo, bang oci, dari kiri ke kanan

Perjalan pulang lebih luarrr biasa, karena semalam hujan, jadi makin becek lah tracknya. Dan seperti biasa, aku si doyan jatuh, harus jatuh berkali-kali, mungkin sampai 5 kali, dari yang paling lucu sampai horor karena ada adegan gelantungan di pohon, kecebur di gubangan lumpur dan banyak lagi. Hehee

Sekitar pukul 17.00 kami akhirnya sampai di pantai sendang biru dengan keadaan yang cukup terlihat "butuh makan dan minum" dengan baju dan kaki yang berlumpur.


udah lelah banget, jadinya kek gini,    








katanya lumpur baik buat kulit, semoga setelah ini kaki kami jadi mulus,   









sampai jumpa pulau sempu.. semoga kelak jika kami kembali, kamu lebih ramah kepada kami..




pulau sempu, 29-30 maret 2015

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment