Gunung Argopuro (I) : Java's longest track

Tak perlu banyak orang untuk bisa mendaki gunung, siapa yang siap itulah yang akan berangkat.” Mungkin kalimat ini sangat pas dengan pendakian kami ke Gunung Argopuro. Kami hanya bertiga, saya, bang oci dan bang icad. Berbekal dengan sebuah tekad dan persiapan yang ala kadarnya, kami berangkat ke Probolinggo menggunakan bis Indonesia Abadi. Setelah sampai di terminal Ubung kami berbincang dengan supir bis jika tujuan kami sebenarnya adalah desa Besukih, Situbondo. Dan akhirnya kami diturunkan di Pasar Desa Besuki untuk melanjutkan perjalanan ke Desa Baderan yang kurang lebih 45 menit lagi menggunakan ojek.

Langit masih gelap ketika kami turun di simpang jalan desa, tapi aktifitas masyarakat di sana sudah berjalan normal, orang jalan berlalu lalang untuk melakukan aktifitas mereka, ada yang ke pasar, ada yang mengantar anaknya ke sekolah, ada juga tukang ojek yang sudah menunggu kami di depan Alfa Mart.

Tukang ojek itu memberi kami harga Rp.50.000 sedangkan menurut infomasi yang kami dapat harga segitu cukup mahal. Akhirnya kami berdiskusi dan memutuskan untuk menunggu angkot saja. Setelah icad dan bang oci pergi mencari angkot, mereka datang tergopoh-gopoh menyuruh saya untuk memakaikan raincoad carrier saya. Dan ternyata kami menumpang di mobil hasil mengangkut sapi ke pasar yang masih banyak sisa ekk sapinya. Kami harus membayar 35.000, cukup murah dari harga yang ditawarkan memakai ojek.

Kurang dari sejam kami sudah tiba di Desa Baderan. Desa terakhir di kaki Pengunungan Yang. Desa yang sinyalnya susah sekali, desa yang tidak dingin layaknya desa-desa terakhir di kak gunung. Setelah berbicarkan dengan pak Susmanto, kami dipersilakan beristirahat di base camp yang memang telah disediakan, berhubung karena kami juga masih menunggu teman kami dari Bandung, Ando.
ki-ka : bang icad, bang oci, dek jeklin, bang ando
Setelah kami masuk ke dalam base camp, ternyata masih ada 3 pendaki yang sempat dijelaskan Pak Sus, ternyata mereka ketiduran padahal rencana awal mereka adalah memulai pendakian subuh dini hari tapi nyatanya mereka kebablasan. Ke tiga abang ini bernama, bang Joleng, bang Godi, dan bang Godel Mereka adalah pendaki dari bekasi.  Dan merekalah yang akan menjadi Partner mendaki kami.
makan rame-rame

Kemudian insiden datang ketika media mulai mengangkat berita yang belum mereka tahu kebenarannya. 7 orang pendaki terjebak kebakaran di gunung Argopuro. Semua heboh bahkan wartawan dan BASARNAS memunuhi basecamp malam itu. Tetapi menurut bapak Susmanto yang dengan setia mengklarifikasi berita tersebut “tidak ada kebakaran, hanya miss kumonikasi, mereka itu ngontak temennya di jember cuman mau tahu di depan itu ada kebaran apa tidak karena ada asap, tapi temennya salah nangkap, dipikir kejebak” begitulah kesimpulan dari kisah drama awal pendakian kami yang membuat kami terjebak di base camp sampai 2 hari lebih, yang berdampak pada logistik dan waktu kami terbuang percuma.
tampilan basarnas yang semuanya cowok, malam itu saya merasa menjad wanita paling cantik
bunos ricard di mobil basarnas 
Dan parlahan pihak-pihak yang bersangkutan tidak mampu lagi menekan laju perkembangan media makin menjadi-jadi, pendakian Argopuro resmi ditutup. Hal ini sudah kami antisipasi karena memang pemberitaannya sudah benar-benar gila, bahkan ada berita yang menyebutkan “efakuasi korban di Argopuro memakan waktu 12 jam”, efakuasi apa sedangkan BASARNAS saja belum bergerak karena belum ada perintah dari pak Sus. Akhirnya semua pendaki yang tertahan di Basecamp dengan total 19 orang, 12 pendaki dari Jakarta yang baru tiba hari ke dua dan 7 orang dari kami yang sudah hampir busuk menunggu kepastian kemudian diajak untuk berdiskusi. Pak Sus minta maaf karena efek dari incident ini adalah kami semua, tetapi dia berani menjamin bahwa pendakian Argopuro aman tetapi karena perintah dari atasannyalah yang menyebabkan pendakian di tutup untuk waktu yang tidak ditentukan. Kami semua merasa sangat kecewa, dan tetap mengajak untuk diberi kebijakan dan permakluman, tetapi beliau tidak berani memberikan ijin itu secara langsung karena itu sama saja membahayakan jabatannya. Namun ada satu ucapan beliau yang membuat kami yakin “kalian bisa camping sekitaran ladang, atau yah kalian kondisikan sajalah bagusnya di mana”. Kami mengangap itu semacam ijin walaupun memang beliau tidak berani menyebutkan secara langsung.

Perjalanan di mulai
Akhirnya pagi-pagi buta kami mulai pendakian, yang normalnya dari basecamp-pintu rimba itu menggunakan ojek Rp.25.000, tetapi kami menempuhnya dengan berjalan kaki kurang lebih 4 jam. Yang biasanya para pendaki baru memulai pendakian dari pintu rimba kami sudah letih berjalan 4 jam. Perjalanan ini sedikit membuatku kewalahan karena mendaki dengan mereka yang sudah terbilang pro, mengkuti ritme mereka membuat tenagaku terkuras habis. Mereka jarang sekali istirahat, sejam lebih baru istirahat, yang biasanya aku selalu terbiasa mendaki sesuka hati asal nyampe, mendaki dengan mereka beda cerita lagi.
pagi yang indah untuk berjalan jauh
Pintu rimba- post mata air 1 kurang lebih 3 jam.
Jalur ke Post Mata air 1 sangat berdebu dan begitu kering, tumbuhan-tumbuhan mati karena panasnya matahari, memang tanjakannya tidak tajam tetapi sangat terasa di kaki dan nafas, sehingga kurang dari jam 1 kami sampai di Post Mata Air 1. Sesampai di sana, sebagain bergegas untuk mengambil air, sebagianya lagi membuat kopi. Iya, kami tidak makan siang, kami hanya coffee break di gunung. Berhubung karena logistic  kami sangat pas jadi demi menghemat kami memilih untuk tidak makan siang. Awalnya saya sangat tidak bisa menyesuaikan karena bayangkan saja sudah berjalan puluhan kilo meter  dan tidak ada makan siang, hal ini yang membuat saya di tengah jalan sering merengek kelaparan dan meminta makan, hahaa
mata air 1 : karena tidur adalah pilihan paling bijak
Post Mata Air 1 - Post Mata Air 2 kurang lebih 2 jam
Medan jalur  ke mata air 2 sama saja dengan jalur ke mata air 1, hanya saja tanjakannya sedikit lebih terjal dan masih tidak luput dari kata berdebu. Di sinilah kami memutuskan untuk membuka tenda, dengan pertimbangan karena dekat dari sumber mata air. Konyolnya, setelah semua sudah turun mengambil air, saya dan bang leng memutuskan untuk turun mengambil air lagi dan berencana untuk cuci muka gosok gigi, tapi apa daya setelah sampai di mata airnya, airnya mati, entah karena apa, jadilah kami pulang dengan tangan kosong dan kaki penuh debu yang sangat kotor. Rencannya mau bersih-bersih malah tambah kotor. Pos Mata air 2 masih bisa dikatakan berada di tengah hutan, jadi masih banyak hewan-hewan liar yang berlalu lalang sekitar tenda kami. Suara-suaranya juga cukup mengganggu membuat merinding, dan tentu saja mawas diri, karena dari cerita orang-orang, hewan kadang menggangu tenda terlebih jika mencium bau makanan.
bang leng dan bang godi
bonus pap, hehee
Post Mata Air 2- Alun-alun kecil 45 menit
Dari mata air 2 Menuju alun-alun kecil jalurnya cukup aman, karena banyak menurunnya.tetapi di titik inilah kami menemukan pertama kalinya titik panas yang masih berasap, bahkan ada pohon tumbang yang cukup menghalangi jalur sehingga kami harus meunggu bang bodi untuk membabat ranting-ranting pohon yang jatuh di jalan. Kami juga sempat menghirup asap, tapi syukurlah bisa teratasi. Setelah turunan sekitar 15 menit penampakan alun-alun kecil mulai terlihat. Senang sekali melihat hamparan luas savana dengan rumput-rumput kuning yang menggumpal, di sini kita akan bertemu dengan 1 pohon saja yang berdiri di tengah-tengah savanna.
berasapp
jalur sempat tertutup, tapi syukurlah masih dilalui
di balik inilah alun-alun kecil
Alun-alun kecil-Cikasur 3-4 Jam
Setelah alun-alun kecil kita akan berjalan menuju alun-alun besar yang diawali dengan tanjakan berdebu selama kurang lebih 1,5 jam kemudian kita akan bertemu dengan alun-alun besar. Sesaat setelah melihat alun-alun besar dugaan itu adalah cikasur karena savanannya sangat luas dan disana terdapat 2 buah bangunan kuno yang semakin menambah dugaan kami. 

pohom satu-satunya di alun-alun kecil

Ternyata salah, hal itu terbukti setelah kami istirahat sebentar kemudian memulai langkah kembali, melewati banyak sabana, entah berapa banyak savanna yang kami lewati, mungkin 3, 4 atau 5, kami sudah tak mengingatnya karena saking banyaknya savana, yang saya hanya ingat  jalur ke cikasur ditandai dengan turun naik bukit, keluar masuk hutan, bahkan saya sempat merasa sangat lelah berjalan di savana luas karena jalurnya terbatas, semacam jalur sepeda motor, jadi gerakan untuk berjalan juga monoton, dan pejalan seperti saya yang jalannya bar-bar sangat tidak cocok, hahaa setelah melewati banyak sekali savanna, kita akan bertemu dengan sungai kalbu. 

alun-alun kecil yang setengahnya terbakar api

dek potoin abang dek, entar captionnya #melawanasap

perjalanan ke alun-alun besar

entah ini savana ke berapa yang kami jumpai

bulu merak, sayang agak kabur :"

Sungai kecil di pelataran cikasur, sungai ini tak pernah meluap di musim hujan, tak pernah kering di musim kemarau, di sungai itu pula terdapat seladah air yang bisa di makan. Disini jugalah batas sepeda motor bisa melintas,  banyak petani yang biasa membawa sepeda motor mereka jika memang ada keperluan atau sekedar ingin mengambil seladah air, jika kalian punya uang lebih mas-mas ojek akan mengantar kalian ke sini. Setelah itu kami mengambil air, bahkan sempat gosok gigi di sini, kemudian beristirahat sebentar dan melanjutkan perjalan ke cinsentor. 
sungai kalbu

tan ada yang lebih seger dari minum air di pengunungan
Savana di CIkasur itu sangat luas entah berapa luasnya, di cikasur pula terdapat bekas landasan udara milik Belanda, dan mitos tentang cikasur juga tak kalah hebohnya, katanya di Cikasur bagi yang “beruntung” akan mendengar suara tentara baris berbaris pada malam hari yang jika kita sampai bisa melihatnya tentara-tentara itu tak berkapala, ada juga gadis Belanda yang ternyata berkaki kuda, dan banyak mitos lainnya mungkin karena itu pulalah kami bersikeras tak ingin membuka tenda di sana. Dan juga waktu yang masih terlalu siang untuk menghentikan langkah. 



di balik bukit inilah cikasur berada
lintasan udara


sante padahal bukan di pante
serius banget neng, liat apa cih
yeah full team


perjalanan selanjutnya adalah CISENTOR



to be continued.......


CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment