Kabar buruk di tengah kebahagian ; Hygroma Colli

Sebenarnya tulisan pertama saya tahun ini harusnya tentang pernikahan atau mungkin tentang bagaimana Zem bisa melengkapi hidup saya . Tapi entah kenapa hasrat menulis saya belum kembali juga padahal sudah masuk bulan ke tiga.

Lalu sebuah kisah tercipta. Walaupun ini sebenarnya kisah sedih tapi tidak apa-apa karena pada dasarnya saya tidak pandai berbagi kisah sedih secara langsung, dan tulisan ini juga bisa bermanfaat bagi yang lain jika mengalami kisah yang sama dengan kami, karena dari pengalaman kemarin, saya sangat kesulitan mencari informasi karena minim kisah serupa atau rujukan jurnal yang membahas ini. Jadi izinkan saya membagikannya di sini.

****

Ada yang datang di dalam kehidupan Saya dan Zem. Ia bersemayam di dalam Rahim saya.

Saya dinyatakan positif hamil tepat setelah kami pulang dari Bali. Kabar itu tentu berita baik bagi keluarga dan sahabat, hanya saja bagi saya dan zem berita itu adalah berita yang sangat mengejutkan, tapi kami meresponya dengan mengucap syukur karena Tuhan memberikan berkat itu jauh lebih cepat seperti rencana awal kami.

tespack ke 3 kalinya.

Hamil dengan kondisi jauh dari suami dan keluarga tentu saja sangat sulit terlebih saya tinggal sendirian dan ke mana-mana harus menyetir sendiri. Bahkan beberapa kali saya harus check-up ke Obgyn seorang diri, tapi tidak apa-apa itu bukan sesuatu yang harus dipusingkan. Hari demi hari berlalu, perlahan berita baik ini tersebar dikalangan orang-orang yang mengenal kami. Banyak ucapan dan doa baik yang disematkan untuknya. Selalu ku Aminkan setiap kali mendengar doa baik itu. Tapi ternyata Tuhan mempunyai rencana besar untuknya.

Berita buruk itu datang bak petir di siang hari yang cerah.

Setelah kehamilan saya mencapai 13 Weeks,  saya kembali untuk kontrol kandungan ke RS Hermina Kemayoran.  

Pada saat pengecekan itu dokter saya langsung menemukan adanya pembengkak disekitar leher dan kepala bayi. Langsung saya dirujuk ke dokter sonologist untuk melakukan USG Fetomaternal atau USG 4D di mana semuanya bisa keliatan lebih jelas.

Perasaan saya ketika di USG adalah haru karena ternyata janin saya organnya sudah terbentuk, ada tangan, kaki, kepalanya bahkan jantungnya terlihat sangat jelas. Lalu setelah di USG, Dokter Inggi menyuruh saya kembali ke Dokter Widi saja untuk dianalisa hasilnya lagi.

Setelah memeriksa cukup lama, Dokter Widi mengatakan ada semacam tumor dibelakang leher dan kepala Janin saya. Sontak saya kaget dan berusah untuk merespon semua perkataan dokter Widi, tapi Dokter Widi tidak langsung menjelaskan secara gamblang apa yang terjadi dengan Janin saya, dia hanya menyuruh saya untuk melakukan Tes NIPT (genetic) di mana tes ini bisa langsung mengetahui adakah kelainan genetic pada janin saya. Kalau ada maka keputusannya harus diterminasi atau bisa berbahaya bagi Janinnya sendiri. Namun Biaya tes NIPT cukup mahal 9-11 juta dan hasilnya juga lama sampai 2-3 mingguan. Dan tidak semua RS menyediakan Tes ini jadinya saya dirujuk lagi oleh Beliau untuk melakukan tes NIPT direkanannya.

Saya pulang dengan keadaan shock dan kaget, bingung harus merespon berita itu seperti apa. Bagaikan terkena petir ditengah teriknya matahari. 

Banyak sekali yang saya ingin tanyakan, kenapa dan mengapa, tapi dokter Widi juga belum bisa menjelaskan lebih banyak karena saya harus melalui banyak tes untuk mendapatkan hasil diagnosa akhir.

Setelah berdiskusi dengan Zem, kami akhirnya memutuskan untuk mengikuti saran dokter Widi untuk melakukan tes NIPT, dan NIPT tidak dicover  dipolis  asuransi saya, dan memang jarang sekali asuransi yang mau mencover kelainan genetic. Akhirnya setelah mencari ke sana ke mari tempat untuk bisa tes NIPT dengan harga yang cocok dengan kami dan hasil tes yang cepat, kami memutuskan untuk melakukan tes di Prodia dengan harga 9,7 juta dengan maksimal hasil tes diterima 10 hari. 

Tapi karena saya tidak bisa menunggu hasil Tes NIPT yang cukup lama itu, saya berusaha untuk mencari Second Opinion dari dokter lain. Akhirnya saya menemukan dr, Yuditiya Purwosunu, SPoG-KFM, Phd, Dokter Obgyn Sub Spesialis Fetomaternal yang praktek di RS Hermina Bekasi. Dari review-reveiewnya Dokter Yudit sangat handal dalam menangani kehamilan-kehamilan yang bermasalah karena memang itu bagian sub spesialisnya.

Pada tanggal 26 Maret 2022 pagi-pagi sekali seorang diri saya berangkat untuk bertemu dengan Dr. Yudit, dan saya dapat nomor antrian 89 padahal saya sudah mengantri dari jam 9 pagi. Yak, pasien Dr, Yudit banyak sekali bisa sampai ratusan, jadi harus sabar-sabar jika ingin konsul dengan Beliau. Setelah menunggu sampai 3,5 jam akhirnya kesempatan saya datang juga untuk bertemu Beliau.

Saya masuk dengan perasaan campur aduk, menyiapkan mental agar tidak ambruk jika benar kabar buruk benar adanya. Dr Yudit menyapa seolah tau bahwa Saya membawa keluhan, kemudian menyerahkan hasil USG 4D dan mulai mengutarakan apa yang terjadi dengan Janin saya. Hanya 3 menit Beliau lihat langsung saja “wah iya janinnya bengkak ya, langsung kita cek saja yah” Saya langsung down mendengar berita itu.

hasil USG 4D

Setelah di USG saya dipersilakan duduk dan kami mulai konsultasi. Janin saya didiagnosa Hygroma Colli, adanya pembengkakan di tengkuk leher janin, dan semakin dibiarkan pembengkakan itu akan semakin besar dan mempengaruhi jantungnya yang akan berakibat gagal jantung. Jadi pilihannya adalah termiansi,- sebuah tindakan pengakhiran kehamilan karena adanya konsen tertentu dalam dunia medis. Saya shock berusaha untuk menanhan air mata supaya tidak keluar.

Hygroma Colli adalah sebuah istilah medis yang untuk pertama kalinya saya dengar, dan atas segala izin Tuhan istilah itu hinggap di Janin saya.

Saya merespon dengan “kira-kira berapa lama dia akan bertahan di Rahim saya tanpa terminasi?”

“maksimal 5 bulan, dan lebih beresiko kalau tidak dilahirkan lebih cepat” ucap Dokter Yudit yang menandai perjalanan saya dengan Janin saya harus berakhir.

“tapi dokter saya sebelumnya  menyuruh saya untuk TES NIPT dulu, apakah itu perlu?”

“tidak perlu. hasilnya akan sama, kamu pulang dulu diskusikan dengan suami dan keluarga ya, baiknya gimana, kalau sudah siap bisa datang lagi untuk atur jadwal terminasinya”tutup dokter Yudit.

Saat keluar dari ruangannya, menguatkan kaki untuk terus melangkah menuju kasir dan parkiran yang cukup jauh itu. Sesampainya di mobil, tangis saya pecah, saya menangis terseduh -seduh seperti bayi yang mencari sususnya. Dengan tangis yang masih deras, saya tetap  menyetir untuk pulang ditemani hujan dan kemacetan kota Bekasi di sabtu sore. Saya mulai menyalahkan diri saya tidak bisa menjaga bayi ini, mulai berfikir kenapa harus saya, kenapa harus menimpa janin saya? Kenapa dan mengapa? Apakah kami sekuat ini sehingga diberi ujian seperti ini?

Yah tahapan kesedihan saya mulai masuk tahap Penyangkalan (denial) dan Marah (angry).

Sesampai di kos, saya mulai berdiskusi dengan Zem apa yang selanjutnya harus kami lakukan. Dan akhirnya setelah diskusi panjang, kami tidak jadi melakukan tes NIPT, dan Zem segera menyusul saya ke Jakarta untuk mengatur jadwal terminasi.

Tentu saja Zem adalah orang setelah saya yang merasakan kesedihan itu tapi dia selalu menguatkan saya. karena kalau kami berdua berduka berlarut-larut siapa yang menguatakan kami? Karena itu salah dari kami harus tetap kuat untuk melewati proses ini.

Sebelum  melakukan proses terminasi kami masih berusaha mencari third opinion. Yah kami masih berusaha berpengharapan baik di tengah keberserahan kami. Setelah mencari-mencari dokter fetomaternal yang jadwalnya pas dengan saya dan Zem akhirnya kami berjodoh dengan dokter Judi Januadi Endjun SpOG di RS Hermina Jatinegara.

Jatah Ketidak-beruntungan (bad-luck)

Pada tanggal 1 April 2022, sekitar pukul 8 pagi saya dan Zem bertemu dengan Dokter Judi.

Saya merasa sedang berdiskusi dengan seorang psikolog ketika bertemu dengan dokter Judi. Beliau banyak menanyakan soal latar belakang, kebiasaan saat hamil, tempat tinggal, dan faktor-faktor eksternal apa saja yang bisa menyebabkan Janin saya sampai didiagonasa seperti ini. Tapi Beliau mengatakan faktor penyebab kelainan kromoson tidak bisa dicari alasan pastinya, bahkan dalam ilmu kedokteran pun sampai sekarang kelainan-kelainan pada janin sangat susah dibuktikan penyebab pastinya. Terlebih jika itu sudah menyangkut kelainan genetic, sudah dipastikan tidak bisa disembuhkan. 

Yaa anggap saja sedang bad-luck (ketidak-beruntungan) yang menimpa kami, karena bukankah faktor penyebab bad-luck sering tidak ditau penyebabnya? --seperti pula kata orang bijak, di dalam hidup faktor keberuntungan dan ketidakberuntungan itu ada jatahnya, dan kali ini jatah ketidakberuntungan itu datang pada hidup kami. Hitung-hitung mengurangi jatah ketidakberuntungan.

Diberi penguatan.

Setelah beliau memeriksa melalui USG, perkataan dokter Judi membuat saya menambah keyakinan untuk ikhlas melepaskan Janin ini.

“bengkaknya sudah semakin besar, sudah sampai di pundaknya, kalau semakin lama semakin akan menutup semua tubuhnya, tapi untuk ukuran organ tubuh dan tulangnya semua normal jadi yang bermasalah hanya ada di jaringan tidak normal yang tumbuh di lehernya ini”

“Jacklyn, kamu harus siap untuk ikhlas ya, jangan marah ke dirimu atau ke siapapun apalagi ke Tuhan, dan jangan takut untuk hamil lagi, kamu sehat, rahim kamu bagus banget, dan saya yakin kehamilan ke duamu nanti pasti akan dipermudah” saya berusaha untuk menahan tangis mendengar ucapan dokter Judi.

“di dalam agama saya, jika ada diposisi kamu, orang tuanya bersyukur karena anak ini-kan belum berdosa yah, jadi dialah yang membukakan pintu sorga untuk kalian berdua, saya rasa dalam agama Jacklyn juga seperti itu. Anak ini akan masuk surga, dia menjadi tabungan untuk kalian berdua di akhirat nanti, ikhlas yah” seketika air mata saya jatuh ketika mendengar penguatan dari dokter Judi.

Namun dokter Judi bukan team dokter yang pro aborsi jadinya dia merujuk saya ke RSPAD Gatot Subroto untuk mengikuti serangkaian tes lalu melakukan terminasi sesegera mungkin. Katanya di RS Pendidikan prosesnya lebih mudah tapi memang harus sabar karena banyak pihak yang akan terlibat.

Konsultasi itu diakhiri dengan dia mengatakan kepada kami sekali lagi “kalian mulai sekarang harus siap dan iklas yah, apapun hasilnya pasti itu yang terbaik”.

Terima kasih Dokter Judi untuk penguatan dan nasehatnya. Namun karena banyak pertimbangan akhirnya kami memutuskan untuk melakukan terminasi di RS Hermina Bekasi dengan Dokter Yudit, karena proses yang cepat dan Dokter Yudit memang Sub spesialis kehamilan beresiko jadinya saya percaya bahwa ditangan Dokter Yudit semua akan berlangsung baik-baik saja.

Ikhlas dan berserah.

Proses terminasi dilakukan dengan proses induksi kontraksi agar janinnya bisa dilahirkan lebih cepat. Setelah itu Proses curettage atau Kuret.

Proses ini terlalui dengan cepat. Saya merasakan rasa sakit saat mau melahirkan itu luar biasa nano-nano, dan saya sudah melalui proses melahirkan normal walaupun dilalui secara singkat.

Menunggu 30 jam setelah pasca diinduksi melalui obat yang dimaksukan melalaui vagina. Lalu setelah itu kontraksi hebat selama 1,5 jam dan akhirnya Janin saya lahir dengan sendirinya secara normal. Ukruannya kurang lebih 7 CM, masih sebesar telapak tangan.

Setelah itu saya masuk ruangan operasi untuk melakukan kuret. Saya fikir proses ini menakutkan tapi karena dibius total jadinya saya tidak merasakan apapun. Tau-tau sadar sudah berada diruang pemulihan. Setelah itu lanjut opname 1 hari karena saya banyak kehilangan  darah pasca lahiran.

Sebelum masuk ruangan OP

Kami bersyukur kepada Tuhan sang pemilik hidup, proses ini berlangsung cepat dan tidak terlalu menyakitkan. Bahkan setelahnya Tuhan memberikan saya tubuh yang sangat fit untuk memulai kembali aktifitas seperti biasanya. Saya berusaha menjaga mood agar tidak down karena proses ini akan berlangsung lama jika mental saya tidak segera bangkit.

Saya saat melalui semua proses itu, tidak ada tangis yang keluar sedikitpun, saya berusaha menguatkan hati bahwa janin saya belum berjodoh dengan kami sehingga Tuhan mengambilnya lagi. Tapi tidak apa-apa toh dia perginya ke Surga. Tempat terbaik bahkan melebih dunia yang fana ini.

Kini, Saya dan Zem benar-benar sudah sampai ditahap ikhlas dan berserah jika kami dipilih Tuhan untuk melalui 1 fase kehidupan yang begitu banyak membawa kami untuk belajar banyak hal, dan tentu saja untuk naik 1 level belajar lagi arti dari berserah dan ikhlas terhadap sesuatu. Proses ini sangat sulit tentunya, tapi kami berhasil melaluinya.

Bahkan kami berusaha untuk melihat kebaikan Tuhan didalam proses ini, karena kami diberitahu lebih awal bahwa anak itu belum berjodoh dengan kami, saking baiknya Tuhan memudahkan semua prosesnya dengan sangat cepat dan tanpa rasa sakit yang berlarut-larut.

Untuk Bayiku---,Terima kasih sudah mampir dalam kehidupan saya dan Zem, kamu bayi yang luar biasa, meskipun kamu sedang sakit, kamu tidak pernah merepotkan saya. Selama proses mengandungmu saya tidak pernah merasa pusing, tidak pernah flek, tidak pernah muntah bahkan tidak pernah ngidam aneh-aneh, selalu menerima dengan baik apa yang saya makan dan minum, saya ajak naik pesawat berkali-kali, saya ajak bekerja dengan perasaan yang luar biasa baiknya. Benar-benar bayi yang hebat.

foto terakhir sebelum terminasi

Sampai berjumpa lagi di Yerusalem Baru yah Dik, semoga kamu benar-benar menjadi pembuka pintu surga bagi kami berdua. Amin.

Peluk hangat,
J & Z


CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment