30


Saya berfikir banyak, setelah selesai membaca tulisan tentang ulang tahun ke 20, 10 tahun lalu, yang ku tulis juga di Blog ini. Dalam tulisan itu saya benar-benar menjelaskan secara detail 1 hari saya melewatkan 15 Maret di tahun 2013 silam.

Saya masih bisa merasakan, saat itu saya masih muda, penuh semangat, dan menjadikan moment ulang tahun benar-benar begitu berharga. 

Lalu, hari ini, 10 tahun kemudian di tahun 2023, rasanya moment ulang tahun menjadi biasa saja. Bahkan Saya melewatkan tanggal 15 Maret dengan bekerja, ya karena deadline kerja sedang banyak-banyaknya. 

Senyum merekah ketika mengingat kembali masa-masa remaja saya di-Usia 20an itu. Jika harus dibagi, maka usia 20 tahun saya terbagi 2 fase :

Penuh Gejolak ; 20-25 tahun

Masa-masa ini adalah masa yang paling indah dalam hidup saya. Masa muda yang penuh semangat, tidak pernah mengenal lelah, berkelana ke sana ke mari sesuka hati, nongkrong sampai lupa waktu, berkawan dengan siapa saja, lintas generasi ataupun sepantaran, patah hati, jatuh cinta lagi, ketawa-ketawi,  tidak overthinkingpokoknya hidup benar-benar hanya untuk bersenang-senang saja. Moment-moment direntan usia inilah yang paling saya rindukan, tapi jika harus diulang rasanya cukup sudah. Nyatanya, Saya lebih suka menjadi orang dewasa.

Pengontrolan diri ; 26-30 tahun

Periode ini adalah masa transisi saya menuju dewasa, yang diikuti dengan  circle, focus dan gaya hidup  sayapun berubah. Di usia ini hanya focus pada karir dan social life. Jadinya fase-fase ini dihabiskan dengan bekerja mencari pundi-pundi dan memenuhi kebutuhan hidup tersier. 

Diproses ini saya paling banyak belajar proses pendewasaan hidup yang ternyata memang sekeras itu,  saya juga banyak sekali belajar tentang mengenal diri sendiri lebih dalam dan berusaha memahami orang lain lebih luas.

Menjelang usia 30, hidup malah semakin serius, karena di fase penghujung ini, saya memutuskan untuk menikah. Hal yang dulu tidak pernah menjadi Top Priority di hidup saya. Tapi saya tidak menyesal, karena saya menikahi teman baik, dia adalah pasangan yang sangat mendukung semua keputusan-keputusan extream yang saya ambil, mensupport karir saya 100%, dan benar-benar bisa mengimbangi segala keanehan saya, tapi tulisan kali ini  bukan tentang dia jadi tidak usah detail-detail lah yah hahaaa

Dulu saya melihat orang-orang yang berumur 30 tahun itu dengan wow, seperti melihat orang yang sudah dewasa sekali, apalagi perempuan 30th itu seperti melihat perempuan yang sangat bisa mengayomi, eh ternyata setelah saya berada di titik itu rasanya biasa saja.  teman saya bahkan berkata ; jaman sudah bergeser jadinya "30th  is new age 20th”. Ya karena 30 thn tidak setua itu, dan saya tidak sedewaasa saat saya melihat perempuan 30th dari sudut pandang anak umur 20th.  


So, Welcome 30.

"Saya tumbuh dengan baik” adalah hal yang syukuri pertama kali ketika selesai berkontemplasi menyambut ulang tahun kepala 3 kali ini. Baik di sini karena saat menulis tulisan ini, keadaan saya sangat baik.

Menginjak usia 30, saya sekalipun tidak pernah mengutuki hidup, sekalipun tidak pernah berkeinginan untuk mati, sekalipun tidak pernah menyesal telah lahir di dunia ini. 

Saya hidup cukup sehat secara jasmani pun secara mental, punya karir pekerjaan yang jelas,  berkecukupan karena bisa membayar kopi setiap hari tanpa kuatir apa uang saya cukup untuk hari ini. Saya sudah lama sekali tidak pernah galau urusan cinta karena cukup beruntung sudah punya pasangan yang sangat baik hati, serius ini bukan claim pribadi, tapi claim orang-orang yang mengenalnya hehe, Saya memang pusing kerjaan, tapi pusing karena kerjaan saya banyak dan ribet, bukan karena tidak punya kerjaan. Setidaknya hal-hal dasar sumber kebahagian manusia ; Sangan, Papan, Pangan saya terpenuhi. Dan karena semua itulah  saya merasa telah tumbuh dengan baik.

Tapi bertumbuh dengan baik, bukan berarti hidup saya selalu berbahagia, atau saya adalah orang yang sangat baik hati. Layaknya bunga yang bermekaran, hidup saya juga pernah dilanda awan mendung, hujan deras tak berkesudahan, hama yang mengganggu, bahkan saya juga pernah menyakiti hati orang lain, ya itu semua karena saya manusia biasa seperti yang lainnya, tidak luput dari kesalahan dan penderitaan duniawi.

Oke, Jadi sebenarnya saya mau nulis apaya ini? Haha oke saya akan coba menulis tentang sudut pandang dan apa saja hal-hal yang saya pelajari ketika menginjak usia 30 :



  1. People Come and go adalah benar adanya. Banyak sekali mereka yang ada direntan umur 20-an sudah hilang dari jangkauan saya, atau hanya berakhir dengan sebatas melihat storie IG semata. Tidak apa-apa, karena kita juga seperti itu dalam kehidupan mereka. Dan juga, banyak yang baru datang tapi membawa pengaruh besar untuk hidup saya. 
  2. Memilah pikiran, mana yang mau saya pusingkan dengan sangat, mana yang tidak perlu saya pikirkan alias bodo amat. Kalau dalam data excel, berusaha untuk menpivot isi kepala. hal ini menolong sekali agar tetap waras dalam menghadapi segala prahara hidup.
  3. Dulu, saya beberapa kali menyalahkan keadaan atas beberapa ketidakberuntungan yang terjadi di hidup saya, yang ternyata setelah pace hidup saya naik, saya tidak punya waktu menyalahkan siapa-siapa lagi. Karena itu, orang-orang yang sering sibuk mengurusi hidup orang lain, adalah mereka yang punya banyak waktu luang. 
  4. Hal dasar yang paling berubah dalam hidup saya adalah berdamai dengan keadaan. Misal saya lahir dan tumbuh dari keluarga disfungsional, hanya ada Ibu dan Kakak saya. Tapi saya tidak pernah pusing akan itu, bahkan waktu saya menikah, saya tidak pernah pusing siapa yang mendampingi saya, karena papa saya tidak bisa datang. Saya benar-benar berdamai akan nasip saya untuk hal ini. 
  5. Segala hal yang membentukmu di usia dewasa itu ada penyebabnya. Segalanya.Misal, Ketika kamu dewasa menjadi orang yang kurang PD dan sering Insecure itu karena ada sebabnya, yang tidak jauh-jauh dari soal Pola Asuh, Innerchild ataupun Trauma masa lalu. Hal-hal ini sangat terlambat saya pelajari karena baru dipenghujung usia 20’s. saya baru sadar ketika saya mulai intens membaca soal Innerchild dan mulai mengamati sekeliling saya. Part ini yang membuat saya harus lebih aware lagi, agar kelak anak saya tidak mengalaminya.
  6. Kata orang omongan saya itu pedasnya bak pedang. Dulu waktu saya remaja, kata-kata yang keluar dari mulut saya itu tajam banget. Sering nyakitin hati orang-orang, setelah saya coba belajar soal Pola Asuh/Innerchild, saya menemukan penyebabnya yang tidak lain dan tidak bukan dari pola asuh mama saya. Tapi saya tidak menyalahkan mama saya, karena tidak ada orang tua yang sempurna, yang bisa saya control adalah kelak jika menjadi orang tua, parenting itu tidak boleh saya tiru.
  7. Dulu sewaktu saya 20’th, indikator bahagia saya itu banyak banget, bisa dilist dan bisa dijelaskan secara jelas. Sedangkan menuju 30’th indikator bahagia lebih ke hal-hal sederhana. Sesederhana, pekerjaan saya selesai sesuai deadline, atau bisa minum kopi enak.
  8. Dunia akan terus berjalan, seberat apapun masalah yang kamu hadapi. Kadang jika masalah sedang banyak-banyaknya, kamu hanya perlu Tarik nafas, lalu bergugam “hidup akan terus berlanjut, jadi mari kita hadapi saja”.
  9. Kita akan masuk dalam list prioritas sesuai dengan kebutuhan orang tersebut. Dengan berfikir seperti ini, saya menjadi lebih bisa menerima jika orang yang saya cari eh ternyata tidak mencari saya. Berarti saya bukan prioritasnya. Kecuali dalam hal pekerjaan, karena itu adalah hubungan tranksaksional.
  10. Dirimu tidaklah sespecial itu di mata orang lain, makanya  ketika banyak orang yang tidak mengingat ulang tahun saya ya biasa saja karena saya tidak sespesial itukan hahaha dan tidak ada orang yang benar-benar peduli jika kamu punya masalah. Jadi tidak usah baper, kalau orang hanya basa basi nanya tapi habis itu lupa dan tidak niat bantu. Ya memang begitu adanya. 
  11. Belajar untuk mengenali kesalahanmu, dan meminta maaf jika salah. Dulu waktu saya masih remaja, saya gengsi banget buat minta maaf hahaha tapi makin ke sini saya sadar meminta maaf itu penting banget.
  12. Saya sering mengurangi ekspektasi saya kepada orang atau hal-hal lain. Tapi jatuhnya saya sering dianggap pesimis dan terlalu memandang hal ke arah negatif. Padahal ini terjadi agar melindungi diri saya dari banyak kekecewaan. Bahkan saya kerap memikirkan kemungkinan terburuknya dulu, untuk jaga-jaga jika hal itu benar kerjadian, saya tidak akan hancur lebur dibuatnya, karena saya sudah siap. Ini juga berpengaruh terhadap pola asuh masa kecil saya sehingga saya tumbuh menjadi anak suka yang sinis akan suatu hal. Tapi, semakin dewasa sinis ini saya rubah menjadi "jaga-jaga" yang saya simpan sendiri saja. 
  13. Semua orang berpotensi menyakitimu, dan semakin kamu dekat dengan orang tersebut potensinya akan semakin besar. Berhati-hatilah menaruh hatimu.
  14. Belajar untuk melepaskan hal-hal yang tidak diciptakan untukmu, baik dalam hal pekerjaan, pertemanan, impian semasa muda, dendam, atau apapun yang memang bukan untuk kita. Karena apa yang tidak diciptakan untukmu, tidak akan pernah menjadi milikmu. 
  15. Menjadi dewasa adalah soal pengontrolan emosi. Saya selalu kagum jika bertemu dengan seseorang yang management emosionalnya sangat bagus. Karena saya sendiri masih harus banyak belajar soal ini. Kepada orang lain saya bisa mengontrol emosi tapi sama Zem kerjanya saya marah-marah mulu hehe
  16. Tidak Kepo. Jadi jika kamu tidak diberitahu sesuatu yasudah jangan tanya. Berarti kamu  tidak ada dalam rencana itu.
  17. Belajar mandiri adalah hal dasar yang perlu dipelajari, saya bangga karena saya menjadi anak yang mandiri, tapi karena terlalu mandiri jadinya saya menjadi orang yang tidak enakkan, dan tidak menggantungkan hidup saya pada orang lain, ya itu karena saya mampu sendiri, bahkan dulu saya sempat mikir, kalaupun saya tidak menikah saya pasti akan hidup baik-baik saja hahahaa
  18. Tidak ada yang bisa mengerti dirimu sebisa dirimu sendiri. Karena itu saya tidak berusaha menuntut orang untuk mengerti kondisi saya, jikapun saya ingin dimengerti maka saya akan langsung to the point ke orang itu. Tidak pakai kode-kode agar mereka menjadi peka.
  19. Fokus ke dirimu sendiri. Ketika kita fokus pada diri sendiri maka tidak akan ada rasa sakit hati yang benar-benar menyayat hati, karena rasa sakit yang kita rasakan adalah kadar yang kita izinkan masuk ke diri kita. Menjadi fokus ke diri sendiri juga tidak membuatmu membandingkan dirimu dengan orang lain. 
  20. Selalu libatkan Tuhan untuk hal-hal yang tidak bisa kamu control. Karena semakin bertambahnya umur, masalah hidup semakin kompleks, samakin banyak pula hal – hal yang di luar control kita kerap terjadi.

Sudah ya 20 aja dulu, nanti kapan-kapan kalau saya ingat akan saya tambahkan lagi. 

Yang pasti usia 30 tahun adalah tentang menjaga yang ada, menyeimbangkan antara kebahagiaan dan realistis hidup, dan terakhir  fokuslah ke diri sendiri, karena kebahagianmulah yang paling utama.

Jika 20 tahun adalah periode terbaik yang penuh dengan gejolak yang menggebu-gebu, maka harusnya 30 tahun adalah periode hidup lebih clam down, penuh dengan kedamaian. Karena hidup yang damai adalah sebenar-benarnya hidup yang berbahagia.

beda 10 tahun, tapi kata orang2 muka saya ga berubah banyak, lol


Good Bye My Twenties

Tidak ada penyesalan, yang ada hanya rasa syukur karena melewatimu selayaknya remaja yang bersenang-senang, menikmati waktu demi waktu, tapi selalu tau ke mana harus pulang dan selalu ingat tentang batas diri.

Layaknya sebuah api unggung, masa remajaku adalah api yang menyala terang membara dan bekobar-kobar, sedang kan masa kini adalah sisa-sisa bara api yang masih menyala, tidak membara tapi tetap memberi kehangatan untuk waktu yang lama.

Semoga Tuhan Sang pemilik hidup memberikan saya umur yang panjang, agar di usia 40 tahun nanti, saya masih bisa menulis seperti ini dengan keadaan yang sama baiknya seperti saat saya menulis ini.

 

**awal menulis di tanggal 15 Maret, tapi baru selesai dipenghujung Maret.

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment