Hal - Hal yang kami bicarakan sore itu ditelpon


.............. sewaktu membaca ini  aku tiba-tiba mengingat seseorang yang sudah lama suaranya tak ku dengar ditelvon kemudian mengajakku membicarakan hal-hal yang hanya aku dan dia bisa mengerti itu~

 Hujan?”
Dia mengganti kata ‘Halo’ dengan ‘Hujan?’. Saya tersenyum dan mengatakan, “Iya. Deras dan lama.”
Di sana, dari balik jendela kamar yang berkilau tertimpa cahaya sore, dia merindukan hujan.
“Mungkin besok atau nanti malam, hujan juga akan tiba di sana,” kata saya.
Dia tertawa. Saya sangat mengenal tawa itu. Renyah dan seolah tidak mengandung apapun selain kebahagiaan. Kadangkala saya ingin meminjam tawa itu. Milik saya tidak cukup pandai menyembunyikan kerinduan, keresahan, kesedihan, atau hal-hal semacam itu.
“Ada 13 pasangan sedang berbulan madu di kapal Titanic. Kamu tahu?”
Saya tidak tahu hal itu dan tidak tahu kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu.
“Hari ini bumi lebih lambat 0,00000002 detik dibanding kemarin. Selalu begitu.”
Saya bertanya untuk apa penjelasan itu. Tetapi, dia menjawab dengan menyodorkan persoalan lain.
“Tapi musik bisa membuat waktu berjalan lebih cepat,” katanya.
Hujan di luar jendela saya menenggelamkan sebagian huruf dari kalimatnya.
“Konon, saya akan meminum kira-kira 12.650 galon air dalam hidup saya,” katanya.
“Kamu terdengar seperti danau. Saya tidak mau kamu tenggelam,” kata saya.
“Tapi, saya ingin menjadi teluk, danau yang tidak dipeluk sempurna,” katanya.
“Teluk apa yang terdalam di dunia?” tanya saya.
Dia meminta saya menunggu. Dia ingin ke dapur mengambil segelas air minum. Dia tidak ingin membawa telepon genggam ke dapur.
Sambil menunggu, saya mendengar lagu Savages, She Will.
She will enter the room
She will enter the bed
She will talk like a friend
She will kiss like a man
Dia kembali membawa air segelas dan hal lain yang kurang jelas.
“Orang yang stres akan bermimpi tiga kali lebih sering ketimbang orang yang bahagia,” katanya.
“Saya jarang bermimpi,” kata saya.
“Ketika kamu tidur, kamu tidak bisa mencium aroma apapun,” katanya.
“Betulkah?”
Saya berharap kami membicarakan satu hal saja. Tetapi, suaranya kembali bersama hal lain.
“Kucing putih yang memiliki mata biru pada umumnya tuli,” katanya.
Saya diam. Saya ingat kucing-kucing ibu saya. Ibu saya tidak punya kucing seperti itu.
“Ada jauh lebih banyak sikat gigi berwarna biru daripada merah di dunia ini. Orang-orang cenderung memilih sikat gigi biru daripada merah,” katanya lagi.
Saya masih memikirkan kucing-kucing milik ibu saya.
Saya mendengar dia meminum air dari gelas yang dia bawa dari dapur.
“Setiap es krim terdiri dari kurang lebih 50 persen air. Tubuh orang dewasa terdiri dari lebih 60 persen air,” katanya.
“Saya ingin kamu seperti awan atau hujan, tapi bukan teluk atau danau. Seratus persen air,” kata saya.
“Seekor semut bisa membawa benda yang beratnya 100 kali lebih berat dari tubuhnya,” katanya menjauh dari percakapan tentang air.
Saya diam. Saya mencari semut di gelas kopi saya. Saya tidak menemukan seekor pun. Dulu, saya sering menghitung semut yang mati dan terapung di kopi saya. Sekarang, saya jarang melakukannya lagi.
“Bagian kiri wajahmu lebih bagus daripada yang bagian kanan,” katanya.
Saya meraba pipi kiri saya. Tidak ada cermin di sekitar saya. Saya ingat, dia pernah mencium pipi kiri saya.
“Orang yang sering tidur telentang 10 kali lebih rentan mendapatkan mimpi buruk,” katanya lagi.
“Saya ingat, kamu sering tidur telentang. Kamu sering mimpi buruk apa?” tanya saya.
“Kenapa ya orang lebih suka membeli sikat gigi biru? Barangkali betul warna merah membuat jantung seseorang berdegup lebih kencang,” katanya lagi kembali ke persoalan sikat gigi dan warna.
“Sikat gigi saya biru. Kamu masih senang membeli sikat gigi ungu?” tanya saya.
“Setiap tahun lebih 2.500 orang kidal mati karena produk yang dibuat oleh orang yang tidak kidal,” katanya lagi.
“Kamu dulu senang mengelus rambut saya dengan tangan kiri. Kamu ingat?” saya bertanya.
“Telapak tangan kanan saya lebih sering basah,” katanya.
“Kenapa?”
“Berciuman membuat orang lebih bahagia,” katanya.
“Kapan terakhir kamu berciuman?” tanya saya.
Dia diam.
“Kamu menolak ciuman terakhir saya di bandara 4 bulan 15 hari lalu,” kata saya.
“Orang yang senang minum kopi lebih susah memutuskan untuk bunuh diri ketimbang yang tidak suka minum kopi,” katanya.
“Saya sudah minum dua gelas kopi hari ini. Kamu masih suka minum teh?” tanya saya.
“Seekor kalajengking bisa menahan napas lebih dari 6 hari,” katanya.
Saya diam.
“Kamu akan lupa rata-rata 90 persen mimpimu saat bangun,” katanya lagi.
“Tapi, saya jarang bermimpi,” kata saya.
“Seekor babi bisa orgasme sampai 30 menit,” katanya lagi.
Saya tertawa.
“Ketakutan menjomblo disebut anuptaphobia,” katanya lagi.
Saya diam.
“Naik pesawat lebih aman daripada naik mobil,” katanya lagi.
“Hujan sudah reda. Kapan kita membicarakan kita?” tanya saya.
“Ini tentang kita,” katanya lalu menutup telepon.

sumber : www.hurufkecil.net

CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment