agung yang mengagumkan


Setelah sibuk berkutat dengan skripsi dan kesibukan “baru” yang cukup menyita waktu, akhirnya baru kesampaian nulis tentang perjalanan ke Gunung Agung. Atap pulau Bali, puncak tertinggi di pulau dewata, tanah paling suci di negeri seribu pura ini.

Pagi yang cerah mengawal langkah kami menuju Pura Besakih. Yah jalur ke Gunung agung ada dua melalui pura besakih dan pasar agung. Tapi karena jalur pasar agung terlalu ekstrim, akhirnya kami mengambil jalur yang sedikit aman tapi cukup jauh : Pura Besakih.
 
full team, we'r ready to agung ..

mampir mengisi tenaga

Setelah sampai, kami di hadang oleh penjaga pintu masuk Pura besakih. Satu hal yang perlu kita tahu ketika mau mendaki gunung agung. Mendaki gunung agung kudu pakai Guide yang dihargai perteam (terdiri dari 3-4 orang) Rp.300.000-400.000. tapi karena kami membawa kuncen agung, jadi kami percaya diri bahwa mendaki kali ini akan gratis. Hahaha fyi, kalau mau mendaki gratis, mulai mendaki saat malam hari tapi dianjurkan untuk pendaki yang sudah berpengalaman. 

Setelah berdiskusi, berdebat dan bernegoisasi, akhirnya kami di izinkan untuk melanjutkan perjalanan dengan hanya membayar Rp. 80.000/9 0rang untuk tiket masuk ke pura besakih, tapi tunggu dulu kami harus tetap melapor  dan membayar di pos pendakian gunung agung, tentu saja dengan tetap membayar Rp. 700.000 untuk 9 pendaki.

Perjalanan berlanjut. Ricard memimpin di depan. Namun yang terjadi, dia tetap melajukan motornya, melintasi pos pendakian, tanpa berhenti, jadi kami pun mengikutinya. Setelah merasa aman, kamipun berhenti dan menertawakan apa yang telah terjadi. Dengan perasaan waspada, kami memarkir motor sedikit di tengah hutan. Karena takut ketahuan oleh penjaga pendakian gunung agung. Dangan terburu-buru kami menyiapkan carrier, sepatu dan peralatan lainnya kemudian sedikit berlari kecil, seperti ada yang mengejar.  Setelah merasa aman, kamipun berhenti dan kembali tertawa. “dasar pendaki gratisan” ujar salah seorang dari kami diikuti gelak tawa. “tapi mendaki di bali mahal banget yak, gunung di Jawa mah gak ada yang semahal itu” sambung yang lain. Untunglah kami di temani oleh 4 orang pendaki yang sudah pernah mendaki ke agung berkali-kali, karena itu aku percaya bahwa kami tidak butuh guide. Hanya butuh tenaga yang lebih banyak. hahaa
ini jalannya cepet2 loh, takut ada yang lihat, ada penyusup hahaa

Pukul 13.00 tepat kami memulai pendakian ke Gunung Agung. Seperti julukan yang diberi pendaki “gunung yang paling jujur adalah gunung agung”. Yah benar, gunung agung benar-benar gunung yang paling jujur. Ketika kamu melihat dari kaki gunung, tinggi, terjal, dan tanjakannya yang tajam, begitulah yang akan  kau lalui . tidak ada landai seperti gunung rinjani. Jikalaupun ada yang landai anggap saja itu bonus. 

perjalanan masih jauh, tapi kite udah keringatan
 
lagi capek, tapi entah reno ngakak karena apa :')
Perjalanan terus berlanjut dibarengi dengan candaan dan hinaan satu dengan lain. Kemudian kami berhenti sejenak karena 2 dari kami, mau melaksanakan kewajibannya, yaitu Shalat.
 “gila agung nanjak banget, mendaki sampai akhir” gugammu dalam hati di ikuti nafas yang terengah-engah dan tenggorokan yang sudah kering. Namun, selelah apapun tubuh, perjalanan ini harus tetap di lanjutkan. Selagi kaki masih bisa melangkah, ia harus tetap kuat sampai puncak. Begitulah sugesti yang ku tanamkan dalam pikiranku.
panjat dek, panjatttt...
reno lagi naro canang di pintu masuk gn, agung, pntu masuknya berupa 2 pohon yg menyilang


bang irfan lagi menjelaskan, jurus supaya tetap kuattt tapiiiii.....

Di tengah jalan, kaki bang irfan mendadak keram. “ini peratama kalinya gue kaya gini, sumpah agung ampun banget, gunung jawa mah kagak ada yang kaya gini” tuturnya sambil memegang kaki. Akhirnya aku dan bang oci berhenti untuk menemaninya. Karena kami bertiga memang terbilang berjalan pelan dibanding yang lain. 
tetap tersenyum walaupun aku sudah lelah menjalaninya :')

Setelah kaki bang irfan pulih kami melanjutkan perjalanan kembali. Dengan target sampai di post camp sebelum senja hanyalah sebuah wacana. Kami bertemu dengan senja di tengah hutan. Senja di gunung agung begitu jingga di padu dengan lautan awan yang seolah menari-nari memenuhi kota di bawahnya. 
biasanya lihat senja di pantai, kali ini di gunung

karena senja selalu indah dengan segala prosanya

Dengan sisa-sisa tenaga, dan kepala yang benar-benar sakit, aku tetap harus melanjutkan perjalanan. Langit sudah menjadi gelap. Malampun menyelimuti langkah kami. dengan sinar dari headlamp kami melanjutkan perjalanan dengan tertaih. Gunung agung benar-benar luar biasa membuatku putus harapan, karena beberapa kali menduga-duga, bahwa diatas sana adalah post ngecamp, ternyata itu hanya harapa palsu yang menyakitkan. Diujung bukit masih ada bukit lagi. 

Tepat pukul 21.00, kami sampai di post ngecamp. Padahal targetnya ngecamp di boyke (entah apa sejarahnya kenapa diberi nama boyke) tapi karena kondisi tidak memungkinkan jadi kami berhenti di balik batu  dengan tanah yang sedikit landai tapi tidak terlalu luas. Setelah sampai,  sudah ada tenda yang berdiri kokoh. Ricard dan robby sudah sampai terdahulu bahkan mereka menikmati senja di sana. gila mereka benar-benar punya kaki dan tenaga yang luar biasa.
pemandangan dari tempat ngecamp, bukit bintang tapi bintangnya di bawah, hahaa

Akhirnya aku merebahkan diri sejenak kemudian berpelukan dengan the woman partner in climb mbak cipola, ahh aku baru mendengar, jika tadi dia sempat menangis karena kedinginan dan kelelahan, yahh semoga ini gunung pertama dan terakhir yang buat kamu nangis yak mbak eh *berpelukan*. Jujur saja mendaki agung memang bisa buat nangis sih, asal hati di kuat-kuatin aja,. Kuatin untuk nahan sakit dan lelah. Eh ini lagi gak curhat yah, hahaa
tenda dan cahaya bulan
Setelah berpelukan, moment paling ditunggu tiba, makan, habis itu bobo cantik. Pembagian tendapun di mulai. akhirnya aku mengalah, mengalah bergabung dengan tenda sebelah. Tenda hijau yang isinya orang-orang gila. Karena kegilaan mereka, kami malah masih tertawa terbahak-bahak padahal tenda pink sebelah sudah pulas tertidur. Dan faktanya aku tidak terlelap sedikitpun padahal paginya harus muncak. Ini terjadi setelah tertawa terbahak-bahak, mereka yang tentu saja bang oci, bang irfan, robby bercerita tentang kejadian-kejadin horror di gunung-gunung yang pernah mereka daki. Maklumlah malam itu,aku diapit oleh para pendaki senior dan berpengalaman . Dan parahnya, malam itu malam purnama, di mana bulan sedang bersinar penuh menyinari kami. Ah sudahlah, bagi kalian yang sudah pernah mendaki gunung agung, pasti kalian akan tahu cerita tentang mistinya gunung ini.  karena itu aku tak usah menceritakan part ini. 

Pukul 05.00 reno membangun kami semua, padahal aku dan bang oci belum terlelap sedikitpun. Rencana melihat  sunrise di puncakpun sirna sudah. Dengan sisa-sisa tenanga ku langkahkan kaki ini lagi. Dan seperti biasa, mendaki sampai puncak. Berbeda dengan rinjani, medan menuju puncak berupa pasir, sedangkan agung bebatuan licin dan tajam, namun justru karena bebatuan itu yang membahayakan,  legah sedikit bisa terpeleset dan di bawah ada jurang yang mengagah.
suasana pagi, yang bersinar itu bukan matahari tapi bulan

Karena kelelahan, salah seorang dari kawan kami tidak melanjutkan perjalanan. Dia berhenti di puncak satu. Dan memilih tertidur di bawah batu dari pada menapaki puncak abadi. 

Kami menuruskan langkah. Puncak gunung agung itu ada tiga. Jarak dari puncak 1-2 cukup jauh dan terjal. Puncak 2-3 tidak terlalu jauh. Namun sangat terjal, hanya bisa dilalui satu orang saja. 
rehat sejenak, nikamti lelahmu dengan bercerita apa saja

sampul album vol. 2, btw gaya reno gak nahan

muka lelah, tapi masih senyum, walaupun senyumnya pait toh masih ada yang mau, eh ehehee

karena si jek sudah tidak takut hitam, matahari di atas kepala tak jadi masalah lagi

Tepat pukul 11.00 kami menapaki puncak abadi gunung agung. Puncak para dewa bersemayam. Sayup-sayup angin mulai menerpa tubuh seolah menyambut kedatangan kami. akhirnya aku menapakimu agung dan dari sini aku bisa melihat betapa indahnya dewi anjani itu. rasanya dejafu, ternyata bukan, ini nyata, beberapa bulan lalu, aku melihatmu dari sana, dari dewi anjani. Dan sekarang, aku berada disini melihat kemegahan rinjani yang berdiri dengan kokohnya. 

dan pemandangan pertama sewaktu sampai puncak, yah ini, reno tidurrr donggggg :"))))

i'm hereee the roof of the island of bali



ada mahkluk gaib lagi terbang

merah putihpun berkibar di tanah sucimu

maaf, uly kalau bahagia mah gini, buka bajuuu
lagi nyoba ilmu, ilmuuu untuk mikat gadis, hahahha
namanya robby, anak perikanan Unpad, jomblo, kelakuan yah jangan ditanya, yg pasti cari cewek yg bisa diajak naik gunung, ada yg minat ? PM me.

Setelah menapaki puncak, mengambil banyak foto, bukan banyak sih tapi sampai puas, satu hal yang harus kita lakukan mengingat tujuan sebenarnya adalah kembali pulang, dengan cara  turun perlahan. Diperjalanan pulang yang sangat terjal, gugus-gugus awan menyerbu langkah kami. betapa indahnya melihat awan bergerak, menguap dan menghilang dari tempat tinggi. Seperti melihat pertunjukan opera diiringi suara angin yang menyambar mesrah di telinga. Agung, kamu memang mengangumkan. 
with  woman partner in climb
anak (gak) gaul  sulawesi yang tersesat di atas atap pulau bali

adek pulang dulu yah, udah lelah, belum tdr semaleman, gara2 kamu
awan-awan menyerbu seoalah ini mengajakku menguap bersamanya

Setelah sempat tertidur, jatuh beberapa kali, Pukul 15.00 kami tiba kembali di post camp. Lagi-lagi aku dan bang oci menjadi yang terakhir, sesampai di tenda aku rehat sejenak dan bersiap untuk makan, bayangkan saja seharian perut belum di isi, tubuh belum berisitirahat sama sekali dan  rasanya kaki sudah tak ada rasanya, hahaa


Mengemas barang, tenda, perlengkapan lainnya kamipun bergegas untuk kembali turun. Perjalanan masih sangat jauh, namun tak menyurutkan semangat kami. dengan seuntai doa kamipun meinggalkan post camp itu. Walaupun lelah masih bersemayam di tubuh kami, wajah ceria masih menghiasi langkah, beberapa kali melontarkan candaan, guruan, dan gombalan berkumandang sepanjang perjalanan itu. hingga gelap kembali bertemu lagi, tak ada suara tawa, hanya langkah kaki yang trus beradu.
sebelum turun, masih semangattttt
Team terpecah menjad dua, mereka (cipo, mardy, ricard, reno, monang) memimpin di depan dan meinggalkan kami (oci, irfan, roby, jeklin), dan ini adalah pendakian pertama kami berempat ke agung. Dengan berbekal ingatan samar-samar, kami tetap melanjutkan perjalanan. Dan Puji Tuhan, pukul 21.05 kami tiba dengan selamat di kaki gunung agung tanpa kekurangan satupun. 

Untuk segala mitos-mitos yang tercipta tentang gunung agung, asal kamu percaya, masih ada Tuhan yang akan melindungimu, tentu saja tetap menjaga sikap dan ucapan, kamu pasti akan selamat. Tapi sebelum naik jangan mendengar sugesti negatif akibatnya nanti seperti aku, gak bisa tidur semalaman, hahaha tapi kalau bisa dianjurkan sih memang pakai guide, karena agung lebih dari sekedar gunung, ia menyimpan banyak sesuatu yang kadang-kadang di luar nalar dan  apa yang kita lihat sehari-harinya.
puncak itu sama saja, yg membedakan perjalanan menuju kesana, terimakasih teman2 untuk perjalanannya yang dibumbui drama mistis hahahhaa
Ah, terima kasih gunung agung, untuk segala keindahanmu yang magis, membuat kami terpesona dan selalu merasa kecil di tengah hamparan keagunganmu yang diciptakan olehNya.

terima kasih mengizinkanku, melihat keindahanmu, betapa tingginya dirimu, sampai perlu usaha lebih untuk menyentuhmu, agung..

Sampai bertemu lagi di lain waktu. 
gunung agung 3-4 Februari 2015
walaupun latepost, tapi aku tetap bahagia bisa menulis ini.

ps : pas waktu mendaki agung, kami satu-satunya team yang mendaki, sepi tak ada siapapun selain kami, mungkin tak ada yang berani naik karena hari itu lagi purnama, padahal kan kalau purnama terang, ada sinar bulan, hemat battrei headlamp.  untunglah aku bersama orang-orang pemberani yang tak membutuhkan guide mahal menguras kantong, yah  walaupun akhirnya kami kehilangan helm kece monang dan spion gaul reno, tapi  kami tetap pulang dengan hati gembira tanpa ada maslah dengan penunggu gunung agung yang terlihat maupun tidak terlihat.
 terimakasih Tuhan. kami mencintaiMu.


CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment