aku dan secangkir kopi ke-manis-an


“Kehidupan itu seperti secangkir kopi. kita sendiri yang menentukan takaran gulanya. Jika kau suka manis, tambahkan yang banyak, jika tidak suka manis, kurangi gulanya”----agungwirahady

Aku mengawali hari dengan dikejutkan sesuatu hal yang sebenarnya aku sudah tahu tapi entah kenapa aku masih terkejut sewaktu mengetahuinya..
Jantungku berdebar, mataku berkaca-kaca, tanganku bergetar..

Konsentrasiku buyar seketika, aku jadi tidak fokus mengikuti kuliah umum yang diadakan Aula. Aku lebih banyak melamun, banyak diam ketika di tanya. Bahkan tanpa sadar air mata menetes begitu saja. Temanku melihatnya dan aku berspekulasi bahawa aku sedang mengantuk karena itu mataku berair.

aku duduk selama kurang lebih 3 jam, tapi kenapa aku merasa sangat lelah? Seolah aku telah melakukan perjalanan yang begitu jauh. Tubuhku terlihat begitulelah. Bahkan napasku jadi tak beraturan. Air mataku seolah mendapat jalan untuk memperlihatkan dirinya. Teman-teman disekeliligku bertanya ”kamu kenapa?” aku hanya menjawab “aku baik-baik saja” padahal sangat jelas aku sedang tidak baik-baik saja. 

Tapi lucunya, aku masih bisa menertawakan hal yang menyebabkan aku seperti ini. aku tertawa seolah itu sebuah lelucon yang harus diterwai. Seketika aku menganggapnya menjadi tampak lucu, padahal itu sama sekali tidak lucu.

Setelah kuliah umum, aku menculik salah satu sahabatku, mencari kopi. Yah, yang aku butuhkan saat itu hanya secangkir kopi. Aku merasa sangat haus dan yang aku perlukan hanya kopi.

Sahabatku dengan setia menemaniku berpanas-panasan mencari kedai kopi. setelah  sampai, Kami duduk berdua, dia hanya menemaniku untuk meminum kopi. aku menikmati setiap tetes dari kopi itu. kopiku kemanisan. Aku sengaja membuatnya manis. Padahal aku paling tidak suka kopi yang manis, aku menganggap kopi manis itu seperti meminum air gula. Dan siang tadi, aku meminum kopi yang kemanisan. aku sengaja menambahkan takaran gula yang lebih dari biasanya agar aku bisa merasakan manisnya gula. Bukan pahitnya kopi. setelah meminum kopi fikiranku menjadi ringan, mungkin karena kafein yang terkadung didalamnya mulai bekerja.

Sepulang kampus, aku kembali meminum kopi sambari menikmtai senja yang akhir-akhir terlewati oleh mataku. Masih dengan secangkir kopi yang kemanisan. seperti yang aku bilang, aku sengaja menikmati kopi yang manis agar aku tidak merasakan pahitnya kopi itu. dan tadi siang manisnya kurang, karena itu sore ini lebih manis lagi. Secangkir kopi yang terlalu manis.

Hari ini aku lagi merasakan kepahitan. Dan aku membutuhkan sesuatu yang manis untuk memaniskan kepahitanku ini. walupun cuman dilidahku yang manis setidaknya hari ini aku mengecap manis bahkan sangat manis. Ini hanya untuk menetralisasikan segalanya.  Segala yang ku anggap pahit. pahit sepahit kopi tanpa gula.


Manis bisa mengalahkan pahit. Se-pahit apapun itu. manis selalu bisa mengurangi sisi pahit
dari rasa pahit itu sendiri.

.




CONVERSATION

0 comments:

Post a Comment