Saat bersamanya dulu,
aku suka sekali menulis kesedihan melalui kata, disebuah buku yang selalu ku bawa kemana-mana,
Di buku merah
yang bergambar daun itu tertuang jelas betapa aku pernah begitu sangat ingin
mempertahanmu, sampai aku lupa bagaimana cara dirimu mencintaiku,
untuk paragraf yang tak tertuliskan di blog ini, karena ada yang perlu hanya diriku mengerti..
Aku menulis perih
yang kau buat sengaja maupun tidak sengaja,
setiap kata begitu menyesakan,
kalimat yang ku beri nyawa melalui untaikan kata-kata..
Ah ternyata
dulu memang aku pernah mencintaimu sehebat itu,
dan kau pantas untuk mendapatkan cinta yang hebat itu,
......
Namun Kini,
Sudah saatnya
aku menyingkirkan buku itu,
Lenyap dari
hadapanku,
Menyimpannya
di tempat yang tak terjangkau oleh mata, terlebih tanganku..
Kelak, jika
suatu saat aku membacanya lagi,
Aku akan
menertawakan diriku sendiri,
bahwa aku
pernah berada dalam titik terendah sebagai wanita dalam mencintai dan kini aku
sudah berdiri tegak mengangkat kepala penuh senyum kemenangan bahwa aku sudah
melewati masa itu.
.....
untuk kamu
masalalu,
kini kau
hanya lembaran usang yang tak terjamah lagi,
untuk kamu
yang pernah ada,
kini kau
hanya sepenggal kisah yang cukup diingat sesekali,
hanya untuk menyadarkan
bahwa kau pernah ada,
untuk kamu
yang kini sudah bahagia,
aku bahagia karena kini semua telah berbahagia..
menulis itu perkara melakukan hal abadi, aku mengabadikan rasaku melalui kata yang tak terucap, |
kini buku baru sudah siap untuk menemani, untuk memulai kata, merajut menjadi kisah baru..
karena aku tau hanya kata-kata yang bisa memahamiku, sedalam aku mengenal diriku..
0 comments:
Post a Comment