Ku
fikir hati yang terlalu lama terlukai ini, akan membusuk karena luka yang tak
kunjung sembuh. aku bahkan kehabisan akal untuk menyembuhkannya, berbagai cara
telah ku lakukan untuk mengobati luka yang menganga ini, namun seperti yang kau
lihat aku selalu gagal.
Untunglah
aku tak pernah gagal untuk kembali ke hadiratNya memohon petunjuk dari semua
ketidakberaturan ini. dan Diapun tak pernah gagal untuk membuatku percaya bahwa
tiada yang sia-sia untuk air mata yang jatuh dan sakit yang teramat bahkan
untuk hati yang tersia-siakan..
-------------------------------------------------------------------------------------
..... disuatu pagi di
pantai yang begitu sepi, bersama seorang pria bergolongan darah yang sangat langkah dengan mata
coklat yang sering melihatku diam-diam.
pagi
yang begitu dingin menyambut kedatangan kita di
tempat begitu jauh, entah alasan apa yang membawa kita saat itu. setelah menghabiskan semalam suntuk hanya dengan mengobrolkan obrolan dari hal
yang paling penting sampai hal paling sepele. Dengan mata setengah
mengantuk kita menembus dinginnya pagi itu, bermodal kamu tidak memakai
jaket sedangkan aku yang hanya memakai celana pendek kita tetap nekat
menyelusuri jalan sempit dan gelap.
kemudian kita
tiba disuatu pantai yang begitu asing untukmu, karena itu kali pertama kamu mengunjungi pantai itu. yang terdengar hanya suara ombak begitu gaduh dan suara-suara hewan begitu
nyaring. Aku ingat, kita duduk di tepi tebing dengan berhadapkan jurang yang
dibawahnya hamparan laut begitu luas, beratapkan langit dihiasi bulan
dan bintang menambah keromantisan pagi itu.
tidak
lama setelah kita duduk manis dalam balutan embun pagi, mataharipun menampakkan sinarnya, perlahan
sekeliling kita terlihat. Hanya kita sepasang manusia yang berada disitu. Entah
sesmesta sedang merencanakan apa yang
jelas pagi itu, aku merasakan sedang berada di tempat yang begitu jauh dari
keriuhan kota. tenang.
aku
berfikir setelah matahari terbit bahkan mulai menyinari bumi dengan teriknya,
kita akan bergegas meninggalkan tempat itu, tenyata waktu yang tersedia pun
masih kurang untuk obrolan yang begitu panjang, kita seperti tak pernah
kehabisan bahan untuk dibicarakan, atau kita yang selalu mencari bahan karena
tak pernah rela untuk berpisah ?
dibawah
teriknya matahari pagi, kita tetap saja hanyut dalam obrolan ringan seperti
membicarakan burung-burung yang bgeitu bebas terbang di langit, kemana perahu-perahu nelayan
itu bermuara bahkan mendiskusikan kenapa
langit berwarna biru, dan lebih lucunya kamu mengajariku melihat partikel-partikel
sangat kecil yang terbang di udara. Yah itulah kita, selalu membicarakan hal sederhana
:)
aku
fikir kita akan tetap seperti itu, membicarakan hal yang tidak begitu serius,
sampai kita tiba disuatu titik, dimana kamu mengungkapkan apa yang kamu rasakan. awalnya aku hanya terdiam ketika mendengar itu, lalu kamu bertanya bagaimana dengan aku?
Pertanyaan itu semakin membuatku diam, setelah diam aku mulai menyusun kata
demi kata agar aku tidak salah bicara, karena kali ini kita membicarakan hal
yang begitu serius karena menyangkut hati.
hari
itu manis galaungan, katamu mereka merayakan galungan dan manisnya ada di kita.
Pantai yang kita kunjungi saat itupun masih sepi karena yang lain sedang
merayakan hari rayanya sedangkan disuatu pantai ada sepasang manusia yang sedang merayakan harinya.
pagi
yang mengawali hari itu menjadi hari sejarah kita bukan? Sejarah karena hanya
terjadi sekali dan akan kita kenang sampai kapanpun. pagi yang menjadi saksi
dari sebuah awal perjalanan begitu panjang yang menandai dimana kamu melempar sebuah
batu ke dalam laut yang dalam. Seperti kamu yang memutuskan masuk
kedalam hatiku yang paling dalam. Lalu Bisakah kamu menjadi seperti batu itu pula?
tetap diam di dasar laut walaupun ada ombak yang silih berganti menerjangnya,
tetap diam untuk waktu yang sangat lama..
ombak
sudah banyak memecahkan dirinya, burung sudah ramai berlalu lalang, air di laut
sudah perlahan naik memenuhi bibir pantai, mataharipun semakin naik menghampiri langit, dan kita masih
di tempat yang sama membicarakan sesuatu yang
kali ini lebih serius. Kita membicarakan tentang Kita. Bukan lagi tentang
mereka. Kita membahas tentang perasaan yang kita miliki, dan kita mendiskusikan
seperti apa kita setelah meninggalkan tempat ini.
hari
itu hari yang tidak pernah kita rencanakan, kondisi tidak terbanyangkan,
tempat diluar perkiraan, yang kemudian menjadi awal dari semua perjalanan ini. semoga
Tuhan dan semesta selalu berpihak pada kita, memudahkan langkah yang kita
ambil, tetap saling menguatkan untuk menembus masalah demi masalah yang akan kita
temui ditengah perjalanan untuk mencapai tujuan apapun yang telah digariskan Tuhan. untuk kamu dan aku yah untuk kita.
...
Untuk
kamu yang sudah mampu membuatku menulis ini,
Terimakasih
menjadi penyembuh lukaku yang sudah terlalu lama ini,
Terimakasih
mau mengenggam tanganku untuk melanjutkan perjalanan ini,
Terimakasih
mau memilihku untuk menjadi teman seperjalananmu,
Terimakasih
menjadi jawaban atas doa-doaku selama ini..
Terimakasih membuatku mengerti bahkan memahami bahwa dunia ini terlalu indah untuk dilewati dengan kesedihan,
Dan
terimakasih – terimakasih lain yang akan tercipta seiring berjalannya waktu,
dari aku untuk kamu, bisakah kamu tetap disampingku sekalipun banyak yang ingin merebutku dari tanganmu
atau merebutmu dari tanganku? iya, tetap disampingku tanpa melepaskan genggaman tanganmu..
tepat didepan seorang pria yang
akhir-akhir ini sering membuatku tertawa,
D’lande
coffee, 29 Oktober 2013..
0 comments:
Post a Comment