“kemana aja
lo, jalan-jalan aja kerjanya” begitulah ungkapan sebagian orang yang bertemu
denganku..
Banyak yang berubah sejak negara api
menyerang. Itulah mungkin yang bisa menggambarkan kondisiku sekarang. Bukan mencari pelarian atau sok
menyibukan diri, tapi semua kesenangan silih berganti datang menjemput, yang
kemudian mengajakku bertemu dengan orang-orang hebat, mengantarku ke
tempat-tempat luar biasa, menciptakan pengalaman yang tak ternilai. Dan mengetahui
hal-hal yang tidak ku ketahui.
Satu pengalaman tak ternilai yang tak akan
pernah ku lupakan adalah menapaki puncak dewi anjani.
Awalnya aku merasa salah jalan, menanyakan
kepada diriku kenapa aku berada disana, namun setelah pulang ada rindu yang
tertinggal dan candu yang menguasai diri.
......
“mendaki rinjani loh, minimal harus pernah
naik agung sama semeru dulu, baru bisa kesana, emang kamu udah mendaki gunung
apa aja?” itulah ungkapan orang sewaktu
tau aku akan mendaki rinjani. Dan akupun sadar, bahwa aku belum pernah mendaki
setinggi dan sejauh itu. track record pendakianku
pun tidak sehebat mereka, cuman beberapa kali muncak itupun gunung-gunung yang
bagi sebagian orang masih cetek, batur misalnya. Tapi beberapa dari mereka tidak tahu, kalau
mendaki juga soal sebuah tekad dan keyakinan terhadap dirimu sendiri bahwa kamu
pasti bisa. Itu sudah ku buktikan bahwa aku mampu menaklukan rinjani, walaupun
harus tertatih untuk sampai ke puncaknya, setidaknya aku sudah pernah
menginjakkan kaki kecilku disana. Puncak yang menjadi suatu keharusan bagi
pendaki sejati untuk menapaki kaki disana. Dan aku pendaki pemula, pendaki yang
awalnya hanya mencoba bahkan merasa salah mengambil keputusan, pendaki yang hanya berbekal doa, tekad, dan keyakinan, ternyata bisa sampai disana.
Begitu pula dengan sebuah kehidupan, seperti
mendaki gunung bukan?, kita berjalan ke
atas, kadang kita lelah dan mampir untuk beristirahat, kadang kita berjalan
terlalu pelan, kadang terlalu cepat, melihat puncak begitu dekat tapi setelah
dilalui ternyata cukup jauh, selow but
sure kita pasti akan sampai ke puncaknya asal kita pantang menyerah. Tapi yang
terpenting kamu harus tahu, siapa yang akan menemanimu menuju puncak karena
itulah proses penentu kualitas perjalananmu.
untuk sampai kesini, dibutuhkan kaki yang tak berhenti melangkah, asa yang tak pernah putus .. |
---------------------
Kedai kopi,
disuatu sore menuju senja-
“so what's next?” ucap pria berkulit
putih sambil sesekali menatapku
“aku mau muncak lagi” balasku penuh semangat
“gunung apa lagi?” tatapnya serius
“aku mau menuju puncak dari studyku saat ini,
menuju sarjana hukum, puncak kesuksesan untuk
menuju puncak selanjutnya, dan aku juga yakin cepat atau (tidak) lambat akan
menapaki puncak itu ” ...
0 comments:
Post a Comment